Ketercapaian Tugas Perkembangan Usia Lanjut ditinjau dari Jenis Kelamin dan Latar Belakang Budaya serta Implikasinya pada Layanan Bimbingan dan Konseling
ABSTRACT
Randi Saputra. 2017. "The Achievement of Elderly Developments Task Viewed from Gender and Cultural Background and Implications at Guidance and Counseling Services ". Thesis. Padang State University.
The background of this
study was the
lack of consistency between the achievement of the developmental tasks such as
the elderly who were unable to accept the changes that happened to them both
physically and psychologically. The achievement of development tasks elderly
can be seen from the aspect of adjustment to the decrease of physical strength
and health, productivity, lose spouses, physical living arrangements and social
roles. Factors which affected the achievement in development tasks among the
elderly were a gender and cultural background.
The
purpose of this study was to describethe achievement of elderly developments
task viewed from gender and cultural background and implications at guidance
and counseling services. The method was ex post facto with a 2 x 2 factorial
design The population was an elderly in Kenagarian Sungai Duo Jorong Koto Agung
Kanan Kecamatan Sitiung Kabupaten Dharmasraya. The sampling technique was
proportional random sampling instrument with Likert scale model. The data was
analyzed by using analysis of variance (ANOVA).
The
result showed that: 1) the achievement of the developmental tasks of old age in
terms of gender between men and women at high category; there were differences
in the achievement of the developmental tasks of elderly men and women, where
scores of elderly women was higher than elderly men, 2) the achievement of the
developmental tasks of older age in terms of cultural background between Minang
and Java at the high category; there were differences in the achievement of the
developmental tasks between Minang culture elderly andJava culture elderly, where the
Minang culture elderly score was higher than Javanese culture, 3) there was no
interaction between the variables gender and cultural background in explaining
the achievement of the developmental tasks of older age. The implications of these result could be used as an analysis needs
assasment guidance and counseling services.
Keywords:
Achievement, Developmental
Task, Gender, Culture Background.
Randi Saputra. 2017. “Ketercapaian Tugas Perkembangan Usia
Lanjut ditinjau dari Jenis Kelamin dan Latar Belakang Budaya serta Implikasinya pada Layanan Bimbingan dan Konseling”.Tesis.Universitas
Negeri Padang.
Penelitian ini didasari
dengan adanya ketidakkonsistenan irama ketercapaian tugas perkembangan, seperti
usia lanjut yang tidak mampu menerima perubahan yang terjadi pada dirinya baik
secara fisik maupun psikis.Ketercapaian tugas perkembangan usia lanjut dapat dilihat dari
aspek penyesuaian diri dengan
menurunnya kekuatan fisik dan kesehatan, masa pascaocupasi (berkurangnya income/pengasilan),kehilangan pasangan
hidup,pengaturan kehidupan fisik, yang memuaskan, orang-orang seusia danperan sosial secara luwes.Faktor yang
mempengaruhi
ketercapaian tugas perkembangan usia lanjut diantaranya adalah jenis kelamin
dan latar belakang budaya.
Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan ketercapaian tugas perkembangan usai lanjut ditinjau
dari jenis kelamin dan latar belakang budaya serta implikasinya pada layanan bimbingan dan konseling.Metode penelitian yang digunakan adalah ex post
facto dengan desain faktorial 2
x 2. Populasi dalam
penelitian ini adalah usia lanjut di Kenagarian Sungai Duo Jorong Koto Agung
Kanan Kecamatan Sitiung Kabupaten Dharmasraya. Teknik penarikan sampel
menggunakan propotional random sampling,
instrumen yang digunakan adalah model skala Likert.
Data dianalisis dengan menggunakan teknik analisis varian (ANAVA).
Hasil analisis data
menunjukkan bahwa: 1) ketercapaian
tugas perkembangan usia lanjut ditinjau dari jenis kelamin laki-laki dan
perempuan berada pada kategori tinggi; terdapat perbedaan ketercapaian tugas
perkembangan usia lanjut laki-laki dan perempuan dimana skor usia lanjut
perempuan lebih tinggi dibanding usia lanjut laki-laki, 2) ketercapaian tugas
perkembangan usia lanjut ditinjau dari latar belakang budaya Minang dan Jawa
berada pada kategori tinggi; terdapat perbedaan ketercapaian tugas perkembangan
usia lanjut budaya Minang dan Jawa dimana skor usia lanjut budaya Minang lebih
tinggi dibanding usia lanjut budaya Jawa, 3) tidak terdapat interaksi antara
variabel jenis kelamin dan latar belakang budaya dalam menjelaskan ketercapaian
tugas perkembangan usia lanjut. Implikasi hasil penelitian ini dapat dijadikan
sebagai analisis kebutuhan dalam pelayanan bimbingan dan konseling.