Friday, 20 January 2017

Unknown

TEORI TRAIT AND FACTOR MAKALAH


BAB I
PENDAHULUAN

A.    Latar Belakang Masalah
Kepribadian manusia ditentukan oleh faktor pembawaan maupun lingkungannya. Kepribadian merupakan suatu sistem sifat atau faktor yang saling berkaitan satu dengan lainnya seperti kecakapan, minat, sikap, dan tempramen. Pada tiap individu ada sifat-sifat yang umum dan sifat yang khusus, terdapat pada seseorang yang merupakan sifat yang unik. Hal ini terjadi karena pembawaan dan lingkungan tiap orang tidak sama. Oleh sebab itu, kepribadian adalah suatu sistem saling bergantungan dengan trait atau faktor seperti; kecakapan, minat, sikap, temperamen, dan lain-lain.
Menurut Gibson & Mitchell (2011:45) teori awal yang muncul bagi konseling dan pengembangan karir disebut faktor-sifat/watak (trait-factor). Hal yang mendasar bagi konseling sifat dan faktor adalah asumsi bahwa individu berusaha untuk menggunakan pemahaman diri dan pengetahuan kecakapan dirinya sebagai dasar bagi pengembangan potensinya.
Adapun ciri khas dari pandangan ini adalah asumsi bahwa orang memliki pola kemampuan dan minat yang dapat diketahui melalui testing; dapat juga diselidiki kualitas apa yang dituntut dalam berbagai bidang pekerjaan. Seseorang dapat menemukan jabatan yang cocok baginya dengan cara mengkorelasikan kemampuan, potensi, dan wujud minat yang dimilikinya dengan kualitas-kualitas yang secara objektif dituntut bila akan memegang jabatan tertentu.
Perry & Vanzandt (2005:5) The structural school focuses on matching individuals to occupations that mesh with their interests and aptitudes. Struktural sekolah berfokus pada pencocokan individu untuk pekerjaan yang cocok dengan minat dan bakat mereka. Oleh karenanya, pandangan ini terutama menyoroti bagaimana seseorang akan mencocokan pilihan karir (vocational choice) yang dapat dipertanggungjawabkan sesuai dengan bakat dan minatnya.
Lebih lanjut Winkel (1997:574) pandangan tentang Trait and Factor ini mempunyai relevansi bagi bimbingan dan konseling karir di institusi pendidikan. Data tentang diri peserta didik sendiri merupakan bahan pertimbangan penting dalam merencanakan karir, asal data itu tidak hanya dibatasi pada data hasil testing psikologi. Demikian pula data tentang kualifikasi yang dibutuhkan dalam memegang suatu jabatan merupakan sebagian dari data tentang lingkungan hidup (data sosial) yang harus ikut dipertimbangkan.
Disamping itu, pemikiran tentang pencocokan antara data psikologis dan data sosial dalam membuat pilihan jabatan dapat membantu klien dan konselor, asal mencocokkan itu tidak diartikan sebagai usaha untuk menemukan satu-satunya jabatan yang pasti cocok, melainkan sebagai usaha untuk menemukan berbagai alternatif pilihan yang kemudian dipertimbangkan pro dan kontranya.
Pandangan Trait and Factor sebenarnya tidak pernah membela penggunaan testing secara berlebihan dalam konseling, dan bahwa Williamson sebagai pelopor pengembangan teori Trait and Factor juga sudah memandang data lain, sebagai data yang penting dalam konseling karir di luar data hasil testing. Sebagai data yang penting dalam konseling karir, misalnya pengalaman kerja dan latar belakang sosial budaya. Dengan demikian, pandangan Trait and Factor diperluas sehingga dapat menghasilkan suatu pendekatan praktis dalam konseling karir.
B.     Rumusan Masalah
Adapun rumusan masalah sesuai dengan latar belakang masalah di atas tentang teori Trait and Factor, adalah :
1.    Pengertian Konseling Trait and Factor
2.    Konsep Dasar Konseling Trait and Factor
3.    Asumsi Dasar Konseling Trait and Factor
4.    Tujuan Konseling Trait and Factor
5.    Hubungan antara Konselor dan Klien
6.    Proses Konseling
7.    Aplikasi Teori Trait and Factor (Contoh Kasus)




BAB II
PEMBAHASAN

A.    Pengertian Konseling Trait and Factor
Teori Trait and Factor adalah pandangan yang mengatakan bahwa kepribadian seseorang dapat dilukiskan dengan mengidentifikasikan jumlah ciri, sejauh tampak dari hasil testing  psikologis yang mengukur masing-masing dimensi kepribadian tertentu.
Konseling Trait and Factor berpegang pada pandangan yang sama dan menggunakan tes-tes psikologis untuk menanalisis atau mendiagnosis seseorang mengenai ciri-ciri dimensi/aspek kepribadian tertentu, yang diketahui mempunyai relevansi terhadap keberhasilan atau kegagalan seseorang dalam jabatan dan mengikuti suatu program studi.
Winkel (2010:407) Istilah konseling Trait and Factor dapat dideskripsikan sebagai corak konseling yang menekankan pemahaman diri melalui testing psikologis dan penerapan pemahaman itu dalam memecahkan beraneka problem/masalah yang dihadapi, terutama yang menyangkut pilihan program studi/bidang pekerjaan.

B.     Konsep Dasar Konseling Trait and Factor
Menurut Gibson & Mitchell (2011:454) Pendekatan faktor-sifat/watak bagi pengambilan keputusan karir adalah yang tertua, dan mungkin yang paling bertahan lama dari sekian pendekatan teoritis yang tersedia bagi konseling karir. Teori Trait and Factor tergolong pada pandangan kognitif atau pendekatan rasional.
Sayekti (1998:47) teori Trait and Factor ialah pendekatan mencoba secara intelektual logis dan rasional menerangkan kesulitan-kesulitan yang dihadapi klien, cara pemecahan kesulitan-kesulitan serta proses konselingnya didekati secara logis rasional. Konseling dengan pendekatan Trait and Factor yang dipelopori oleh Williamson ini disebut pula konseling yang mengarahkan (directive counseling), karena konselor secara aktif membantu klien mengarahkan perilakunya kepada pemecahan kesulitannya. Konseling semacam inilah yang banyak dilakukan oleh konselor di sekolah-sekolah baik di luar negeri maupun di negara kita.
Winkel (2010:407) dalam segi teoritis dan dalam segi pendekatannya, corak konseling ini bersumber pada gerakan bimbingan jabatan, sebagaimana dikembangkan di Amerika Serikat sejak awal abad yang ke-20. Teori Trait and Factor senantiasa dihubungkan dengan Universitas Minnesota yang termasuk di dalamnya Walter Bingham, John Darley, Patterson, dan W.G Williamson. Dalam bekerjanya, tokoh-tokoh pendekatan ini banyak menggunakan alat pengukur terhadap atribut klien seperti bakat, kemampuan, minat, tingkah laku dan kepribadiannya. Dari hasil pengukuran tersebut konseli dapat diarahkan pendidikan dan jabatan apa yang cocok bagi klien, sehingga dapat membahagiakan hidupnya.
Melalui pengolahan hasil tes atau angket dan alat pengukur lainnya dapat diramalkan pula apa yang akan diperbuat oleh klien dalam situasi tertentu.  Williamson berpendapat bahwa dasar konseling modern terletak pada keunikan individu dan juga identifikasi keunikannya tersebut, melalui pengukuran yang objektif.
Dalam bukunya Choosing a Vocation (1909), Frank Person menunjukkan tiga langkah yang harus diikuti dalam memilih suatu pekerjaan yang sesuai: (Gibson & Mitchell, 2011:454)
1.    Sebuah pemahaman yang jelas dan objektif tentang diri seseorang seperti kemampuannya, minatnya, sikapnya, dan lain-lain.
2.    Sebuah pengetahuan tetang persyaratan dan karakteristik karir-karir yang spesifik.
3.    Sebuah pengakuan dan pengaplikasian hubungan antara poin 1 dan 2 di atas bagi sebuah perencanaan karir yang sukses.

Lebih lanjut dalam Winkel (2010:408) memaparkan mengenai tiga langkah besar untuk pengembangan pengambilan keputusan karir individu: jadi langkah yang pertama menggunakan analisis diri; langkah yang kedua memanfaatkan informasi jabatan (vocational information); langkah yang ketiga menerapkan kemampuan untuk  berpikir rasional guna menemukan kecocokan antara ciri-ciri kepribadian, yang mempunyai relevansi terhadap kesuksessan atau kegagalan dalam suatu pekerjaan atau jabatan, dengan tuntutan kualifikasi dan kesempatan yang terkandung dalam suatu pekerjaan atau jabatan.
Dengan demikian, dalam keputusan karir klien bukan hanya mencari pekerjaan demi asal punya pekerjaan (the hunt of a job), melainkan memilih secara sadar suatu pekerjaan (the choice of a vacation).
Pandangan Tentang Manusia
Slamet Riyadi (2010:103) manusia merupakan sistem sifat atau faktor yang saling berkaitan antara satu dengan yang lainnya, seperti: kecakapan, minat, sikap, dan temperamen. Manusia berusaha untuk menggunakan pemahaman diri dan pengetahuan kecakapan dirinya sebagai dasar pengembangan potensinya. Manusia mempunyai potensi untuk berbuat baik atau buruk
Sesuai dengan pendapat Slamet riyadi di atas Williamson mempunyai pandangan tentang manusia sebagai berikut (dalam Sayekti, 1998:49)
-          Manusia mempunyai potensi untuk berbuat baik atau buruk
Makna hidup adalah mencari kebenaran dan berbuat baik serta menolak kejahatan. Menjadi manusia seutuhnya tergantung pada hubungan dengan orang lain. Maka seorang konselor mestilah optimis dan percaya bahwa manusia dapat menyelesaikan masalah-masalahnya, terlebih lagi jika manusia belajar menggunakan kemampuannya.
-          Diri manusia hanya berkembang di dalam masyarakat dan pada hakikatnya manusia tidak dapat hidup sepenuhnya diluar masyarakat.
-          Manusia ingin mencapai kehidupan yang baik, sebenarnya usaha kearah itupun sudah menunjukkan dan merupakan kehidupan yang baik.
Sayekti (1998:49) Konsep dasar dari konseling Trait and Factor adalah sifat dan faktor kepribadian seseorang. Sifat dan faktor kepribadian seseorang dapat diungkap dengan menggunakan metode multi variate dan analisis faktor. Dengan menggunakan metode tersebut akan diketemukan unsur dasar yang berstruktur dari kepribadian. Unsur dasar ini disebut dengan sifat dan merupakan kecenderungan luas untuk memberikan reaksi dan merupakan perilaku yang relatif tetap.
Winkel (2010:409) yang dimaksud dengan trait adalah suatu ciri yang khas bagi seseorang dalam berpikir, berperasaan, dan berperilaku, seperti: intelegensi (berpikir), iba hati (berperasaan), dan agresif (berperilaku). Ciri-ciri itu dianggap sebagai suatu dimensi kepribadian, yang masing-masing membentuk suatu kontinum atau skala yang terentang dari sangat tinggi sampai sangat rendah.
Lebih lanjut Cattell (dalam Sayekti; 1998:49) menjelaskan trait atau sifat adalah suatu struktur mental, suatu kesimpulan yang diambil dari tingkah laku yang dapat diamati, untuk menunjukkan ketetapan dalam tingkah laku.
Penjelasan mengenai trait adalah sebagai berikut :
1)   Common Trait atau Unique Trait
a)    Common trait, atau sifat umum yaitu sifat yang dimiliki oleh semua individu atau setidaknya oleh sekelompok individu yang hidup dalam lingkungan sosial yang sama
b)   unique trait, atau sifat khusus yaitu sifat yang hanya dimiliki oleh individu-individu masing-masing, dan tidak dapat ditemukan pada individu lain dalam bentuknya yang demikian. Selanjutnya sifat khusus ini dapat dibedakan lagi menjadi :
- relatively unique, yaitu yang kekhususannya timbul dari oengaturannya   unsur-unsur sifat itu
- intrinsically unique, yaitu yang benar-benar hanya ada pada individu khusus tertentu.
2)   Surface Trait dan Source Trait
a)    Surface Trait atau sifat tampak adalah kelompok dari variabel-variabel yang tampak.
b)   Source Trait, atau sifat asal adalah variabel-variabel yang mendasari berbagai manifestasi yang tampak.
Cattell (dalam Sayekti, 2002:50) menganggap bahwa sifat asal lebih penting daripada sifat yang tampak atau sifat permukaan. Sifat permukaan merupakan hasil interaksi dari sifat asal dan pada umumnya dapat diharapkan kurang tepat. Sifat permukaan itu lebih berarti dan lebih diakui daripada sifat asal, karena sifat permukaan tersebut dapat langsung disaksikan dari observasi yang sederhana. Namun dalam rangka yang lebih mendalam, sifat asal-lah yang lebih mendasari tingkah laku seorang individu (klien).


Lebih lanjut dalam bukunya Sayekti (2002:50) memaparkan sifat dapat digolongkan menjadi tiga macam,yaitu:
a)    Dinamic traits, yaitu apabila ekspresi sifat tersebut berhubungan dengan perbuatan untuk mencapai suatu tujuan.
b)   Ability traits, apabila ekspresi sifat tersebut berhubungan dengan efektif atau tidaknya individu (klien) dalam mencapai suatu tujuan.
c)    Temprament traits, yaitu apabila ekspresi sifat tersebut berhubungan dengan aspek konstitusional, seperti misalnya energi kecepatan, reaksi emosional dan sebagainya.
Tentu saja dalam tingkah laku seorang individu (klien), ketiga sifat tersebut sama-sama berfungsi, namun salah satunya tentu ada yang dominan. Sehingga secara teori seorang konselor tetap perlu membedakannya.
Pandangan Tentang Kepribadian
Menurut Slamet Riyadi (2010:105) pandangan tentang  kepribadian dalam teori Trait and Factor adalah sebagai berikut:
1.    Kepribadian adalah suatu sistem yang saling tergantung dengan sifat dan faktor, seperti kecakapan, minat, sikap, dan temperamen.
2.    Perkembangan kepribadian manusia ditentutan oleh faktor pembawaan dan lingkungan.
3.    Setiap individu ada sifat-sifat yang umum dan ada sifat-sifat yang khusus, yang merupakan sifat yang unik.
4.    Unsur dasar dari struktur kepribadian disebut sifat dan merupakan kecenderungan luas untuk memberi reaksi dan membentuk tingkah laku yang relatif tetap.
5.    Sifat (trait) adalah struktur mental yang dapat diamati untuk menunjukkan keajegan dan ketepatan dalam tingkah laku.
Dengan demikian, manusia merupakan sistem sifat atau faktor yang saling berkaitan antara satu dengan yang lainnya, seperti: kecakapan, minat, sikap, dan temperamen. Konsep dasar dari konseling Trait and Factor adalah sifat dan faktor kepribadian seseorang. Oleh karenanya, sifat dan faktor kepribadian yang tampak dari individu (klien) sangatlah dominan dalam pelaksanaan konseling Trait and Factor.


C.     Asumsi Dasar Trait and Factor
Williamson merumuskan asumsi yang mendasari Trait and Factor yang dimuat dalam Theories of Counseling (Stefflre:1965) (dalam Winkel, 2010:410):
1.    Setiap individu mempunyai sejumlah kemampuan dan potensi, seperti taraf intelegensi umum, bakat khusus, taraf kreatifitas, wujud minat serta keterampilan, yang bersama-sama membentuk suatu pola yang khas untuk individu itu.
2.    Pola kemampuan dan potensi yang tampak pada seseorang menunjukkan hubungan yang berlain-lainan dengan kemampuan dan keterampilan yang dituntut pada seorang pekerja di berbagai bidang pekerjaan.
3.    Kurikulum sekolah yang berbeda akan menuntut kapasitas dan minat yang berbeda. Dengan kata lain, individu akan belajar dengan lebih mudah dan efektif apabila potensi dan bakatnya sesuai dengan tuntutan kurikulum.
4.    Setiap individu mampu, berkeinginan, dan berkecenderungan untuk mengenal diri sendiri serta memanfaatkan pemahaman diri itu dengan berpikir baik-baik.
Sesuai dengan pendapat di atas maka dapat disimpulkan bahwa asumsi yang mendasari teori trait and factor adalah setiap individu mempunyai keunikan, pola kemampuan dan potensi yang tampak pada individu disesuaikan dengan pemilihan pekerjaan, kurikulum sekolah yang akan menuntut kapasitas dan minat yang berbeda pada diri individu, dan kecenderungan mengenal diri sendiri serta pemanfaatan diri sendiri untuk memahami diri dengan berpikir baik-baik.

D.    Tujuan Konseling Trait and Factor
Menurut Sayekti (2002:51) Tujuan konseling Trait and Factor adalah sebagai berikut:
1.    membantu individu merasa lebih baik dengan menerima pandangan dirinya sendiri dan membantu individu berfikir lebih jernih dalam memcahkan masalah dan mengontrol perkembangannya secara rasional.
2.    Memperkuat keseimbangan antara pengaktifan dan pemahaman sifat-sifat sehingga dapat bereaksi secara wajar dan stabil.
3.    Mengubah sifat-sifat subjektif, dan kesalahan dalam penilaian diri (konsep diri) dengan menggunakan metode atau cara ilmiah.
Lebih lanjut Slamet Riyadi (2010 :106) memaparkan tujuan konseling menggunakan pendekatan Trait and Factor adalah:
1.    Membantu individu mencapai perkembangan kesempurnaan berbagai aspek kehidupan manusia.
2.    Membantu individu dalam memperoleh kemajuan memahami dan mengelola diri dengan cara membantunya menilai kekuatan dan kelamahan diri dalam kegiatan dengan perubahan kemajuan tujuan-tujuan hidup dan karir.
3.    Membantu individu untuk memperbaiki kekurangan, tidakmampuan, dan keterbatasan diri serta membantu pertumbuhan dan integrasi kepribadian.
4.    Mengubah sifat-sifat subyektif dan kesalahan dalam penilaian diri dengan mengggunakan metode ilmiah.
Konseling juga bertujuan untuk mengajak klien berfikir mengenai dirinya dan menemukan masalah dirinya serta mengembangkan cara-cara untuk keluar dari masalah tersebut. Untuk itu secara umum konseling Trait and Factor dimaksudkan untuk membantu klien mengalami:
1.    Klarifikasi diri (self clarification)
2.    Pemahaman diri (self understanding)
3.    Pengarahan diri (self acceptance)
4.    Pengarahan diri (self direction)
5.    Aktualisasi diri (self actualization)
Dengang demikian, tujuan dari konseling Trait and Factor adalah membantu individu merasa lebih baik dengan menerima pandangan dirinya sendiri dan membantu individu berfikir lebih jernih dalam memcahkan masalah dan mengontrol perkembangannya secara rasional, memperkuat keseimbangan antara pengaktifan dan pemahaman sifat-sifat sehingga dapat bereaksi secara wajar dan stabil, mengubah sifat-sifat subjektif, dan kesalahan dalam penilaian diri (konsep diri) dengan menggunakan metode atau cara ilmiah.

E.     Hubungan antara Konselor dan Klien
Menurut Sayekti (2002:51) peranan konselor dalam hubungan antara klien dan konselor adalah:
1.    Memberi tahu klien tentang berbagai kemampuannya yang diperoleh konselor dari hasil testing, angket dan alat pengkukur yang lain. Berdasarkan hasil testing dan lain-lain tersebut konselor mengetahui kelemahan dan kekuatan klien, sehingga dapat meramalkan jurusan, pendidikan atau jabatan apa yang cocok bagi klien. Konselor membantu klien menentukan tujuan yang akan dicapainya disesuaikan dengan hasil testing. Dengan memberitakukan sifat serta bakat klien, maka klien dapat mengelola hidupnya sendiri dapat hidup bahagia.
2.    Konselor secara aktif mempengaruhi perkembangan klien.
3.    Konselor membantu mencari sebab individu tidak memiliki sumber personal untuk menentukan individualitasnya, karena ia tak dapat memahami dirinya secara penuh, diagnosis ekternal yang dilakukan konselor melengkapi persepsinya. Berdasarkan data yang ada, konselor merumuskan hipotesis untuk memahami individu.
4.    Konselor aktif dalam situasi belajar, melakukan diagnosis, menyajikan informasi, mengumpulkan dan menilai data, untuk membantu individu. Konselor berperan sebagai guru, yang bertugas mengajar klien belajar tentang dirinya sendiri dan lingkungannya.
Sesuai dengan penjabaran peran konselor di atas, dapat kesimpulan sebagai peranan konselor disini adalah memberitahukan, memberikan informasi, mengarahkan, karena itu pendekatan ini disebut pendekatan yang kognitif rasional.
F.      Proses Konseling
Sayekti (1998:48) teori Trait and Factor di dalam pendekatannya baik terhadap proses konseling maupun pemecahan kesulitan klien, secara rasional, logis, dan intelektual, tetapi dasar filsafatnya bukan Rationalisme. Teori ini lebih dekat kepada Empirisme, yang mempunyai pandangan optimistis, bahwa walaupun manusia telah dibekali pembawaan, tetapi itu tidak menentukan.
Masih dalam Sayekti, pelopor teori Trait and Factor E.G. Williamson dalam Theories of Counseling and Psychotherapy menyebutkan filsafatnya Personalisme, atau mempunyai perhatian besar terhadap keseluruhan individu, bahwa manusia merupakan seorang individu yang unik yang sebagian dapat mempengaruhi dan menguasainya baik pembawaan dan lingkungannya. Dalam proses pelaksanaannya teori Trait and Factor, terdapat teknik-teknik yang dapat digunakan oleh Konselor untuk melakukan proses konseling. Tenik-tenik tersebut adalah sebagai berikut:
Sayekti (1998:52) menjelaskan ada dua teknik konseling yang diaplikasikan dalam teori Trait and Factor:
1.    Teknik tes, untuk mengungkapkan kepribadian, bakat, minat, dan data yang lain yang hanya dapat diungkap dengan tes.
2.    Teknik non tes, meliputi wawancara, angket, observasi, otobiografi, dokumentasi, dan yang lain.
Demikian terdapat dua teknik konseling yang digunakan dalam teori Trait and Factor, yaitu teknik tes dan teknik non tes. Dalam teori ini peran teknik non tes juga dibutuhkan dalam pengumpulan data sebagai informasi yang dapat dijadikan bahan pertimbangan dalam memutuskan pilihan karir.
Lutfi Fauzan  (2004:92) Konseling Trait and Factor memiliki enam tahap dalam prosesnya, yaitu: analisis, sistesis, diagnosis, prognosis, konseling (treatment) dan tindak lanjut ( follow-up ).
1.    Analisis
Analisis merupakan langkah mengumpulkan informasi yang diperoleh tentang diri klien beserta latar belakangnya. Data yang dikumpulkan mencakup segala aspek kepribadian yang dimiliki klien, seperti kemampuan, minat, motif, kesehatan fisik, dan karakteristik lain yang dapat mempermudah atau mempersulit penyesuaian diri klien pada umumnya. Data yang dikumpulkan diklasifikasikan menjadi dua yaitu:
a)    Data Vertikal (mencakup diri klien) yang dapat dibagi lebih lanjut atas:
§  Data Fisik: kesehatan, ciri-ciri fisik, penampakan atau penampilan fisik dan lain sebagainya.
§  Data Psikis: bakat, minat, sikap, cita-cita, hobi, kebiasaan dan lain sebagainya.
b) Data Horizontal (berkenaan dengan lingkungan klien yang berpengaruh terhadapnya): keluarga klien, hubungan dengan familinya, teman-temannya, orang-orang terdekatnya, lingkungan tempat tinggalnya, sekolahnya dan lain sebagainya.
2. Sintesis
Sintesis adalah usaha merangkum, mengolong-golongkan dan menghubungkan data yang telah terkumpul pada tahap analisis, yang disusun sedemikian sehingga dapat menunjukkan keseluruhan gambaran tentang diri klien. Dari hasil analisis dapat menunjukkan bakat klien, kelemahan serta kekuatan, penyesuaian diri maupun ketaksanggupan menyesuaikan diri. Rumusan diri klien dalam sistesis ini bersifat ringkas dan padat.
Ada tiga cara yang dapat dilakukan dalam merangkum data pada tahap sistesis tersebut: cara pertama dibuat oleh konselor, kedua dilakukan klien, ketiga adalah cara kolaborasi antara konselor dan klien.
3.    Diagnosis
Diagnosis merupakan tahap menginterpretasikan data dalam bentuk (dari sudut) problema yang ditunjukkan. Rumusan diagnosis dilakukan melalui proses pengambilan atau penarikan simpulan yang logis.
Sesuai dengan Sayekti (2002:53) dalam tahap ini terdapat tiga kegiatan yang dilakukan, yaitu :
a)    Identifikasi masalah, yang bersifat deskriptif berdasar pada data yang diperoleh, dapat merumuskan dan menarik kesimpulan permasalahan klien.
b)   Menentukan sebab-sebab, mencangkup pencaharian hubungan antara masa lalu, masa kini atau masa depan yang dapat menerangkan sebab-sebab gejala. Konselor menggunakan intuisinya yang dicek oleh logika, oleh uji coba dari program kerja berdasarkan diagnosis sementara.
c)    Menentukan kemungkinan-kemungkinan yang akan terjadi. Konselor bertanggung jawab dan membantu siswa untuk mencapai tingkat pengambilan tanggung jawab untuk dirinya sendiri, berarti ia mampu dan mengerti secara logis, tetapi juga secara emosional mau. Sebab mungkin saja secara logis mengerti, tetapi emosional belum mau menerima.

4. Prognosis 
Winkel (2010:412) prognosis atau perkiraan tentang perkembangan klien serta berbagai implikasi dari hasil diagnosis. Menurut Williamson prognosis ini bersangkutan dengan upaya memprediksikan kemungkinan-kemungkinan yang akan terjadi berdasarkan data yang ada sekarang. Misalnya: bila seorang klien (siswa di sekolah) berdasarkan data sekarang dia malas, maka kemungkinan nilainya akan rendah, kemungkinan nanti tidak dapat diterima dalam seleksi penerimaan mahasiswa baru.
5. Konseling (Treatment)
Dalam konseling, konselor membantu klien untuk menemukan sumber-sumber pada dirinya sendiri, sumber-sumber lembaga dalam masyarakat guna membantu klien dalam penyesuaian yang optimum sejauh dia bisa. Bantuan dalam konseling ini mencakup lima jenis bantuan yaitu:
§  Hubungan konseling yang mengacu pada belajar yang terbimbing kearah pemahaman diri.
§  Konseling jenis edukasi atau belajar kembali yang individu butuhkan sebagai alat untuk mencapai penyesuaian hidup dan tujuan personalnya.
§  Konseling dalam bentuk bantuan yang dipersonalisasikan untuk klien dalam memahami dan trampil untuk mngaplikasikan pinsip dan teknik-teknik dalam kehidupan sehari-hari.
§  Konseling yang mencakup bimbingan dan teknik yang mempunyai pengaruh teraputik atau kuratif.
§  Konseling bentuk redukasi bagi diperolehnya kataris secara terapiutik.

Sesuai dengan lima jenis konseling menurut Sayekti dalam buku “Berbagai Pendekatan Dalam Konseling” (2002:54), yaitu:
§  belajar terpimpin menuju pengertian diri.
§  mendidik kembali atau mengajar kembali sesuai dengan kebutuhan individu sebagai alat untuk mencapai tujuan kepribadiannya dan penyesuaian hidupnya.
§  bantuan pribadi dari Konselor supaya klien mengerti dan terampil dalam menerapkan prinsip dan teknik yang diperlukan dalam kehidupan sehari-hari.
§  mencakup hubungan dan teknik yang bersifat menyembuhkan dan efektif
§  suatu bentuk mendidik kembali yang sifatnya sebagai katarsis atau penyaluran.

Konseling merupakan usaha dari konselor untuk membantu klien sehingga lebih siap untuk memecahkan masalah yang dihadapi dengan situasi penyesuaiannya, sebelum klien begitu jauh terlibat dalam konflik diri dan penilaiannya hingga membutuhkan terapi.


6. Tindak Lanjut (Follow Up)
Tindak lanjut merujuk pada segala kegiatan membantu siswa setelah mereka memperoleh layanan konseling, tetapi kemudian menemui masalah-masalah baru atau munculnya masalah yang lampau. Tindak lanjut ini juga mencakup penentuan keefektifan konseling yang telah dilaksanakan, sehingga menjamin keberhasilan konseling. Teknik yang digunakan konselor harus disesuaikan dengan individualitas klien, mengingat bahwa tiap individu memiliki keunikan sifatnya, sehingga tak ada teknik yang baku yang berlaku untuk semua.
G.    Aplikasi Teori Trait and Factor (Contoh Kasus)
Setelah kita memahami tahapan proses konseling menggunakan teori Trait and Factor.
Berikut contoh kasus yang diambil sebagai aplikasi antara masalah yang dihadapi oleh klien dengan penggunaan teori Trait and Factor , sebagai berikut:Seorang siswa kelas XII SMA belum dapat menentukan pilihan programstudi di perguruan tinggi. Disepakati akan dikumpulkan data tentang siswa yang relevan, yaitu taraf intelegensi, bakat khusus, dan minat melalui testing psikologis (Analisis). Data hasil testing yang masuk menyatakan bahwa siswa bertaraf intelegensi tinggi, berbakat khusus dalam bidang studi matematika, cukup mampu dalam pengamatan ruang, dan mempunyai minat yang mengarah kepada pekerjaan sosial. Maka tampak suatu minat dan kemampuan tertentu (Sintesis). Siswa dahulu pernah mengatakan bahwa diapernah memikirkan program studi teknik sipil, arsitektur, dan keguruan di bidang matematika. Sebenarnya ada kecocokan antara milik/bekal kemampuan kognitif dengan kualitas yang dituntut dalam ketiga bidang studi itu, tetapi hanya terdapat kecocokan dalam ranah minat dengan bidang keguruan. Dengan demikian inti dari kasusnya adalah menentukan/memilih suatu bidang studi yang menuntut pola kualifikasi yang sesuai, baik dengan kemampuan di bidang kognitif maupun dengan arah minat (Diagnosis). Implikasi dan hasil diagnosis itu adalah supaya siswa meninjau kecocokan antara pola kualifikasi yang dituntut dalam ketiga bidang studi tersebut, dengan pola kemampuan dan minat yang telah diidentifikasikan pada dirinya sendiri (Prognosis). Peninjauan itu dilaksanakan dalam wawancara dengan konselor, sampai akhirnya siswa memilih program studi matematika di FIP, S1 (konseling). Siswa menghadap kembali kalau ternyata timbul kesulitan dalam pelaksanaan keputusannya (Follow-Up)

BAB III
PENUTUP
A.  Kesimpulan
Manusia merupakan sistem sifat atau faktor yang saling berkaitan antara satu dengan yang lainnya, seperti: kecakapan, minat, sikap, dan temperamen. Manusia berusaha untuk menggunakan pemahaman diri dan pengetahuan kecakapan dirinya sebagai dasar pengembangan potensinya.
Pendekatan faktor-sifat/watak bagi pengambilan keputusan karir adalah yang tertua. Corak konseling trait dan faktor ini bersumber pada gerakan bimbingan jabatan, sebagaimana dikembangkan di Amerika Serikat sejak awal abad yang ke-20. Pelopor pengembangan corak konseling trait dan faktor yang paling terkenal adalah E.G. Williamson.
Trait and Factor dapat dideskripsikan sebagai corak konseling yang menekankan pemahaman diri melalui testing psikologis dan penerapan pemahaman itu dalam memecahkan beraneka problem/masalah yang dihadapi, terutama yang menyangkut pilihan program studi/bidang pekerjaan.
Pandangan tentang Trait and Factor ini mempunyai relevansi bagi bimbingan dan konseling karir di institusi pendidikan. Data tentang diri peserta didik sendiri merupakan bahan pertimbangan penting dalam merencanakan karir, asal data itu tidak hanya dibatasi pada data hasil testing psikologi. Demikian pula data tentang kualifikasi yang dibutuhkan dalam memegang suatu jabatan merupakan sebagian dari data tentang lingkungan hidup (data sosial) yang harus ikut dipertimbangkan.
Tujuan konseling Trait adn Factor adalah membantu individu merasa lebih baik dengan menerima pandangan dirinya sendiri dan membantu individu berfikir lebih jernih dalam memcahkan masalah dan mengontrol perkembangannya secara rasional, memperkuat keseimbangan antara pengaktifan dan pemahaman sifat-sifat sehingga dapat bereaksi secara wajar dan stabil, mengubah sifat-sifat subjektif, dan kesalahan dalam penilaian diri (konsep diri) dengan menggunakan metode atau cara ilmiah.
Dalam prosesnya terdapat dua teknik yang digunakan yaitu teknik tes dan teknik non tes. Tahapan proses konseling yang dilakukan adalah analisis, sistesis, diagnosis, prognosis, konseling (treatment) dan tindak lanjut ( follow-up ).

DAFTAR PUSTAKA

Fauzan, Lutfi. 2004. Pendekatan-Pendekatan Konseling Individual. Malang : Elang Mas
Fauzan, Lutfi dan Suliono. 1992. Konseling Individu Trait and Factor. Malang:DEPDIKBUD
Gibson & Mitchell. 2011. Bimbingan dan Konseling. Yogyakarta: Pustaka Pelajar
Perry & Vanzandt. 2005. Exploring Future Options A Career Development Curriculum for Middle School Student. New York: IDEBATE Press Books
Sayekti P. 1993. Berbagai Pendekatan Dalam Konseling. Yogyakarta: Menara Mas Offset
Slamet Riyadi. 2010. Model-model Konseling. Semarang: Universitas Negeri Semarang
_______. 2002. Berbagai Pendekatan Dalam Konseling. Surakarta: Universitas Slamet Riyadi Surakarta
Winkel. 1997. Bimbingan dan Konseling Di Institusi Pendidikan. Jakarta: Grasindo
Winkel & Sri Hastuti. 2010. Bimbingan dan Konseling di Institusi Pendidikan. Yogyakarta: Media Abadi

Unknown

About Unknown -

Author Description here.. Nulla sagittis convallis. Curabitur consequat. Quisque metus enim, venenatis fermentum, mollis in, porta et, nibh. Duis vulputate elit in elit. Mauris dictum libero id justo.

Subscribe to this Blog via Email :