BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Kepribadian manusia
ditentukan oleh faktor pembawaan maupun lingkungannya. Kepribadian merupakan
suatu sistem sifat atau faktor yang saling berkaitan satu dengan lainnya
seperti kecakapan, minat, sikap, dan tempramen. Pada tiap individu ada
sifat-sifat yang umum dan sifat yang khusus, terdapat pada seseorang yang
merupakan sifat yang unik. Hal ini terjadi karena pembawaan dan lingkungan tiap
orang tidak sama. Oleh sebab itu, kepribadian adalah suatu sistem saling bergantungan
dengan trait atau faktor seperti; kecakapan, minat, sikap, temperamen, dan
lain-lain.
Menurut Gibson
& Mitchell (2011:45) teori awal yang muncul bagi konseling dan pengembangan
karir disebut faktor-sifat/watak (trait-factor).
Hal yang mendasar bagi konseling sifat dan faktor adalah asumsi bahwa individu
berusaha untuk menggunakan pemahaman diri dan pengetahuan kecakapan dirinya
sebagai dasar bagi pengembangan potensinya.
Adapun ciri khas
dari pandangan ini adalah asumsi bahwa orang memliki pola kemampuan dan minat
yang dapat diketahui melalui testing; dapat juga diselidiki kualitas apa yang
dituntut dalam berbagai bidang pekerjaan. Seseorang dapat menemukan jabatan
yang cocok baginya dengan cara mengkorelasikan kemampuan, potensi, dan wujud
minat yang dimilikinya dengan kualitas-kualitas yang secara objektif dituntut
bila akan memegang jabatan tertentu.
Perry & Vanzandt (2005:5) The structural school focuses on matching
individuals to occupations that mesh with their interests and aptitudes.
Struktural sekolah berfokus pada pencocokan individu untuk pekerjaan yang cocok
dengan minat dan bakat mereka. Oleh karenanya, pandangan ini terutama menyoroti
bagaimana seseorang akan mencocokan pilihan karir (vocational choice) yang dapat dipertanggungjawabkan sesuai dengan
bakat dan minatnya.
Lebih lanjut
Winkel (1997:574) pandangan tentang Trait
and Factor ini mempunyai
relevansi bagi bimbingan dan konseling karir di institusi pendidikan. Data
tentang diri peserta didik sendiri merupakan bahan pertimbangan penting dalam
merencanakan karir, asal data itu tidak hanya dibatasi pada data hasil testing
psikologi. Demikian pula data tentang kualifikasi yang dibutuhkan dalam
memegang suatu jabatan merupakan sebagian dari data tentang lingkungan hidup
(data sosial) yang harus ikut dipertimbangkan.
Disamping itu,
pemikiran tentang pencocokan antara data psikologis dan data sosial dalam
membuat pilihan jabatan dapat membantu klien dan konselor, asal mencocokkan itu
tidak diartikan sebagai usaha untuk menemukan satu-satunya jabatan yang pasti
cocok, melainkan sebagai usaha untuk menemukan berbagai alternatif pilihan yang
kemudian dipertimbangkan pro dan kontranya.
Pandangan Trait and Factor sebenarnya tidak pernah membela penggunaan testing secara
berlebihan dalam konseling, dan bahwa Williamson sebagai pelopor pengembangan
teori Trait and Factor juga sudah memandang data lain, sebagai data yang penting
dalam konseling karir di luar data hasil testing. Sebagai data yang penting
dalam konseling karir, misalnya pengalaman kerja dan latar belakang sosial
budaya. Dengan demikian, pandangan Trait and
Factor diperluas sehingga dapat
menghasilkan suatu pendekatan praktis dalam konseling karir.
B. Rumusan Masalah
Adapun rumusan masalah sesuai
dengan latar belakang masalah di atas tentang teori Trait and Factor, adalah
:
1. Pengertian Konseling Trait and Factor
2. Konsep Dasar Konseling Trait and Factor
3. Asumsi Dasar Konseling Trait and Factor
4. Tujuan Konseling Trait
and Factor
5. Hubungan antara Konselor dan Klien
6.
Proses Konseling
7.
Aplikasi Teori Trait and Factor (Contoh
Kasus)
BAB
II
PEMBAHASAN
A.
Pengertian Konseling Trait and Factor
Teori Trait and
Factor adalah pandangan yang
mengatakan bahwa kepribadian seseorang dapat dilukiskan dengan
mengidentifikasikan jumlah ciri, sejauh tampak dari hasil testing psikologis yang mengukur masing-masing
dimensi kepribadian tertentu.
Konseling Trait
and Factor berpegang pada
pandangan yang sama dan menggunakan tes-tes psikologis untuk menanalisis atau
mendiagnosis seseorang mengenai ciri-ciri dimensi/aspek kepribadian tertentu,
yang diketahui mempunyai relevansi terhadap keberhasilan atau kegagalan
seseorang dalam jabatan dan mengikuti suatu program studi.
Winkel (2010:407) Istilah konseling Trait and Factor dapat dideskripsikan sebagai corak konseling yang menekankan
pemahaman diri melalui testing psikologis dan penerapan pemahaman itu dalam
memecahkan beraneka problem/masalah yang dihadapi, terutama yang menyangkut
pilihan program studi/bidang pekerjaan.
B. Konsep Dasar Konseling Trait and Factor
Menurut Gibson &
Mitchell (2011:454) Pendekatan faktor-sifat/watak bagi pengambilan keputusan
karir adalah yang tertua, dan mungkin yang paling bertahan lama dari sekian
pendekatan teoritis yang tersedia bagi konseling karir. Teori Trait and Factor tergolong pada pandangan kognitif atau pendekatan rasional.
Sayekti (1998:47) teori
Trait and Factor ialah pendekatan mencoba secara intelektual logis dan
rasional menerangkan kesulitan-kesulitan yang dihadapi klien, cara pemecahan
kesulitan-kesulitan serta proses konselingnya didekati secara logis rasional.
Konseling dengan pendekatan Trait and
Factor yang dipelopori oleh
Williamson ini disebut pula konseling yang mengarahkan (directive counseling), karena konselor secara aktif membantu klien
mengarahkan perilakunya kepada pemecahan kesulitannya. Konseling semacam inilah
yang banyak dilakukan oleh konselor di sekolah-sekolah baik di luar negeri
maupun di negara kita.
Winkel (2010:407) dalam
segi teoritis dan dalam segi pendekatannya, corak konseling ini bersumber pada
gerakan bimbingan jabatan, sebagaimana dikembangkan di Amerika Serikat sejak
awal abad yang ke-20. Teori Trait and
Factor senantiasa dihubungkan dengan
Universitas Minnesota yang termasuk di dalamnya Walter Bingham, John Darley,
Patterson, dan W.G Williamson. Dalam bekerjanya, tokoh-tokoh pendekatan ini
banyak menggunakan alat pengukur terhadap atribut klien seperti bakat,
kemampuan, minat, tingkah laku dan kepribadiannya. Dari hasil pengukuran
tersebut konseli dapat diarahkan pendidikan dan jabatan apa yang cocok bagi
klien, sehingga dapat membahagiakan hidupnya.
Melalui pengolahan
hasil tes atau angket dan alat pengukur lainnya dapat diramalkan pula apa yang
akan diperbuat oleh klien dalam situasi tertentu. Williamson berpendapat bahwa dasar konseling
modern terletak pada keunikan individu dan juga identifikasi keunikannya
tersebut, melalui pengukuran yang objektif.
Dalam bukunya Choosing a Vocation (1909), Frank Person
menunjukkan tiga langkah yang harus diikuti dalam memilih suatu pekerjaan yang
sesuai: (Gibson & Mitchell, 2011:454)
1. Sebuah pemahaman yang jelas dan objektif tentang
diri seseorang seperti kemampuannya, minatnya, sikapnya, dan lain-lain.
2. Sebuah pengetahuan tetang persyaratan dan
karakteristik karir-karir yang spesifik.
3. Sebuah pengakuan dan pengaplikasian hubungan antara
poin 1 dan 2 di atas bagi sebuah perencanaan karir yang sukses.
Lebih lanjut dalam Winkel (2010:408) memaparkan
mengenai tiga langkah besar untuk pengembangan pengambilan keputusan karir
individu: jadi langkah yang pertama menggunakan analisis diri; langkah yang
kedua memanfaatkan informasi jabatan (vocational information); langkah yang
ketiga menerapkan kemampuan untuk
berpikir rasional guna menemukan kecocokan antara ciri-ciri kepribadian,
yang mempunyai relevansi terhadap kesuksessan atau kegagalan dalam suatu
pekerjaan atau jabatan, dengan tuntutan kualifikasi dan kesempatan yang
terkandung dalam suatu pekerjaan atau jabatan.
Dengan demikian, dalam keputusan karir klien bukan
hanya mencari pekerjaan demi asal punya pekerjaan (the hunt of a job), melainkan memilih secara sadar suatu pekerjaan
(the choice of a vacation).
Pandangan Tentang Manusia
Slamet Riyadi
(2010:103) manusia merupakan sistem sifat atau faktor yang saling berkaitan
antara satu dengan yang lainnya, seperti: kecakapan, minat, sikap, dan
temperamen. Manusia berusaha untuk menggunakan pemahaman diri dan pengetahuan
kecakapan dirinya sebagai dasar pengembangan potensinya. Manusia mempunyai
potensi untuk berbuat baik atau buruk
Sesuai dengan
pendapat Slamet riyadi di atas Williamson mempunyai pandangan tentang manusia
sebagai berikut (dalam Sayekti, 1998:49)
-
Manusia
mempunyai potensi untuk berbuat baik atau buruk
Makna
hidup adalah mencari kebenaran dan berbuat baik serta menolak kejahatan. Menjadi
manusia seutuhnya tergantung pada hubungan dengan orang lain. Maka seorang
konselor mestilah optimis dan percaya bahwa manusia dapat menyelesaikan
masalah-masalahnya, terlebih lagi jika manusia belajar menggunakan
kemampuannya.
-
Diri manusia
hanya berkembang di dalam masyarakat dan pada hakikatnya manusia tidak dapat
hidup sepenuhnya diluar masyarakat.
-
Manusia ingin
mencapai kehidupan yang baik, sebenarnya usaha kearah itupun sudah menunjukkan
dan merupakan kehidupan yang baik.
Sayekti (1998:49) Konsep
dasar dari konseling Trait and Factor adalah sifat dan faktor
kepribadian seseorang. Sifat dan faktor kepribadian seseorang dapat diungkap
dengan menggunakan metode multi variate dan
analisis faktor. Dengan menggunakan metode tersebut akan diketemukan unsur
dasar yang berstruktur dari kepribadian. Unsur dasar ini disebut dengan sifat
dan merupakan kecenderungan luas untuk memberikan reaksi dan merupakan perilaku
yang relatif tetap.
Winkel (2010:409) yang
dimaksud dengan trait adalah suatu ciri yang khas bagi seseorang dalam
berpikir, berperasaan, dan berperilaku, seperti: intelegensi (berpikir), iba
hati (berperasaan), dan agresif (berperilaku). Ciri-ciri itu dianggap sebagai
suatu dimensi kepribadian, yang masing-masing membentuk suatu kontinum atau
skala yang terentang dari sangat tinggi
sampai sangat rendah.
Lebih lanjut Cattell
(dalam Sayekti; 1998:49) menjelaskan trait atau sifat adalah suatu struktur
mental, suatu kesimpulan yang diambil dari tingkah laku yang dapat diamati,
untuk menunjukkan ketetapan dalam tingkah laku.
Penjelasan mengenai
trait adalah sebagai berikut :
1) Common Trait atau Unique
Trait
a) Common trait, atau sifat umum yaitu sifat yang dimiliki oleh semua
individu atau setidaknya oleh sekelompok individu yang hidup dalam lingkungan
sosial yang sama
b) unique trait, atau sifat khusus yaitu sifat yang hanya dimiliki
oleh individu-individu masing-masing, dan tidak dapat ditemukan pada individu
lain dalam bentuknya yang demikian. Selanjutnya sifat khusus ini dapat dibedakan
lagi menjadi :
- relatively
unique, yaitu yang kekhususannya
timbul dari oengaturannya unsur-unsur
sifat itu
- intrinsically
unique, yaitu yang benar-benar
hanya ada pada individu khusus tertentu.
2) Surface Trait dan Source
Trait
a) Surface Trait atau sifat tampak adalah kelompok dari variabel-variabel
yang tampak.
b) Source Trait, atau sifat asal adalah variabel-variabel yang
mendasari berbagai manifestasi yang tampak.
Cattell (dalam Sayekti,
2002:50) menganggap bahwa sifat asal lebih penting daripada sifat yang tampak
atau sifat permukaan. Sifat permukaan merupakan hasil interaksi dari sifat asal
dan pada umumnya dapat diharapkan kurang tepat. Sifat permukaan itu lebih
berarti dan lebih diakui daripada sifat asal, karena sifat permukaan tersebut
dapat langsung disaksikan dari observasi yang sederhana. Namun dalam rangka yang
lebih mendalam, sifat asal-lah yang lebih mendasari tingkah laku seorang
individu (klien).
Lebih lanjut dalam
bukunya Sayekti (2002:50) memaparkan sifat dapat digolongkan menjadi tiga
macam,yaitu:
a) Dinamic traits, yaitu apabila ekspresi sifat tersebut berhubungan
dengan perbuatan untuk mencapai suatu tujuan.
b) Ability traits, apabila ekspresi sifat tersebut berhubungan dengan
efektif atau tidaknya individu (klien) dalam mencapai suatu tujuan.
c) Temprament
traits, yaitu apabila ekspresi
sifat tersebut berhubungan dengan aspek konstitusional, seperti misalnya energi
kecepatan, reaksi emosional dan sebagainya.
Tentu saja dalam
tingkah laku seorang individu (klien), ketiga sifat tersebut sama-sama
berfungsi, namun salah satunya tentu ada yang dominan. Sehingga secara teori seorang
konselor tetap perlu membedakannya.
Pandangan Tentang Kepribadian
Menurut Slamet Riyadi
(2010:105) pandangan tentang kepribadian
dalam teori Trait and Factor adalah sebagai berikut:
1.
Kepribadian
adalah suatu sistem yang saling tergantung dengan sifat dan faktor, seperti
kecakapan, minat, sikap, dan temperamen.
2.
Perkembangan
kepribadian manusia ditentutan oleh faktor pembawaan dan lingkungan.
3.
Setiap
individu ada sifat-sifat yang umum dan ada sifat-sifat yang khusus, yang
merupakan sifat yang unik.
4.
Unsur
dasar dari struktur kepribadian disebut sifat dan merupakan kecenderungan luas
untuk memberi reaksi dan membentuk tingkah laku yang relatif tetap.
5.
Sifat
(trait) adalah struktur mental yang dapat diamati untuk menunjukkan
keajegan dan ketepatan dalam tingkah laku.
Dengan
demikian, manusia merupakan
sistem sifat atau faktor yang saling berkaitan antara satu dengan yang lainnya,
seperti: kecakapan, minat, sikap, dan temperamen. Konsep dasar dari konseling Trait and Factor adalah sifat dan faktor kepribadian seseorang. Oleh
karenanya, sifat dan faktor kepribadian yang tampak dari
individu (klien) sangatlah dominan dalam pelaksanaan konseling Trait and Factor.
C. Asumsi Dasar Trait
and Factor
Williamson
merumuskan asumsi yang mendasari Trait and
Factor yang dimuat dalam Theories of
Counseling (Stefflre:1965) (dalam Winkel, 2010:410):
1. Setiap individu mempunyai sejumlah kemampuan dan
potensi, seperti taraf intelegensi umum, bakat khusus, taraf kreatifitas, wujud
minat serta keterampilan, yang bersama-sama membentuk suatu pola yang khas
untuk individu itu.
2. Pola kemampuan dan potensi yang tampak pada
seseorang menunjukkan hubungan yang berlain-lainan dengan kemampuan dan
keterampilan yang dituntut pada seorang pekerja di berbagai bidang pekerjaan.
3. Kurikulum sekolah
yang berbeda akan menuntut kapasitas dan minat yang berbeda. Dengan kata lain, individu akan belajar dengan
lebih mudah dan efektif apabila potensi dan bakatnya sesuai dengan tuntutan
kurikulum.
4. Setiap individu mampu, berkeinginan, dan berkecenderungan
untuk mengenal diri sendiri serta memanfaatkan pemahaman diri itu dengan
berpikir baik-baik.
Sesuai dengan pendapat di atas maka dapat
disimpulkan bahwa asumsi yang mendasari teori trait and factor adalah
setiap individu mempunyai keunikan, pola kemampuan dan potensi yang tampak pada
individu disesuaikan dengan pemilihan pekerjaan, kurikulum sekolah yang akan
menuntut kapasitas dan minat yang berbeda pada diri individu, dan kecenderungan
mengenal diri sendiri serta pemanfaatan diri sendiri untuk memahami diri dengan
berpikir baik-baik.
D. Tujuan Konseling Trait
and Factor
Menurut Sayekti
(2002:51) Tujuan konseling Trait and Factor adalah sebagai berikut:
1. membantu individu merasa lebih baik dengan menerima
pandangan dirinya sendiri dan membantu individu berfikir lebih jernih dalam
memcahkan masalah dan mengontrol perkembangannya secara rasional.
2. Memperkuat keseimbangan antara pengaktifan dan
pemahaman sifat-sifat sehingga dapat bereaksi secara wajar dan stabil.
3. Mengubah sifat-sifat subjektif, dan kesalahan dalam
penilaian diri (konsep diri) dengan menggunakan metode atau cara ilmiah.
Lebih lanjut Slamet Riyadi (2010 :106) memaparkan
tujuan konseling menggunakan pendekatan Trait
and Factor adalah:
1. Membantu
individu mencapai perkembangan kesempurnaan berbagai aspek kehidupan manusia.
2. Membantu
individu dalam memperoleh kemajuan memahami dan mengelola diri dengan cara
membantunya menilai kekuatan dan kelamahan diri dalam kegiatan dengan perubahan
kemajuan tujuan-tujuan hidup dan karir.
3. Membantu
individu untuk memperbaiki kekurangan, tidakmampuan, dan keterbatasan diri
serta membantu pertumbuhan dan integrasi kepribadian.
4. Mengubah sifat-sifat
subyektif dan kesalahan dalam penilaian diri dengan mengggunakan metode ilmiah.
Konseling juga
bertujuan untuk mengajak klien berfikir mengenai dirinya dan menemukan masalah
dirinya serta mengembangkan cara-cara untuk keluar dari masalah tersebut. Untuk
itu secara umum konseling Trait and Factor dimaksudkan untuk membantu klien
mengalami:
1. Klarifikasi diri (self clarification)
2. Pemahaman diri (self
understanding)
3. Pengarahan diri (self
acceptance)
4. Pengarahan diri (self
direction)
5. Aktualisasi diri (self actualization)
Dengang demikian, tujuan dari konseling Trait and Factor adalah membantu individu merasa lebih baik dengan menerima
pandangan dirinya sendiri dan membantu individu berfikir lebih jernih dalam
memcahkan masalah dan mengontrol perkembangannya secara rasional, memperkuat
keseimbangan antara pengaktifan dan pemahaman sifat-sifat sehingga dapat bereaksi
secara wajar dan stabil, mengubah sifat-sifat subjektif, dan kesalahan dalam penilaian
diri (konsep diri) dengan menggunakan metode atau cara ilmiah.
E. Hubungan antara Konselor dan Klien
Menurut Sayekti
(2002:51) peranan konselor dalam hubungan antara klien dan konselor adalah:
1. Memberi tahu klien tentang berbagai kemampuannya
yang diperoleh konselor dari hasil testing, angket dan alat pengkukur yang
lain. Berdasarkan hasil testing dan lain-lain tersebut konselor mengetahui
kelemahan dan kekuatan klien, sehingga dapat meramalkan jurusan, pendidikan
atau jabatan apa yang cocok bagi klien. Konselor membantu klien menentukan
tujuan yang akan dicapainya disesuaikan dengan hasil testing. Dengan
memberitakukan sifat serta bakat klien, maka klien dapat mengelola hidupnya
sendiri dapat hidup bahagia.
2. Konselor secara aktif mempengaruhi perkembangan
klien.
3. Konselor membantu mencari sebab individu tidak
memiliki sumber personal untuk menentukan individualitasnya, karena ia tak
dapat memahami dirinya secara penuh, diagnosis ekternal yang dilakukan konselor
melengkapi persepsinya. Berdasarkan data yang ada, konselor merumuskan
hipotesis untuk memahami individu.
4. Konselor aktif dalam situasi belajar, melakukan
diagnosis, menyajikan informasi, mengumpulkan dan menilai data, untuk membantu
individu. Konselor berperan sebagai guru, yang bertugas mengajar klien belajar
tentang dirinya sendiri dan lingkungannya.
Sesuai dengan
penjabaran peran konselor di atas, dapat kesimpulan sebagai peranan konselor
disini adalah memberitahukan, memberikan informasi, mengarahkan, karena itu
pendekatan ini disebut pendekatan yang kognitif rasional.
F.
Proses Konseling
Sayekti
(1998:48) teori Trait and Factor di dalam pendekatannya baik
terhadap proses konseling maupun pemecahan kesulitan klien, secara rasional,
logis, dan intelektual, tetapi dasar filsafatnya bukan Rationalisme. Teori ini lebih dekat kepada Empirisme, yang mempunyai pandangan optimistis, bahwa walaupun
manusia telah dibekali pembawaan, tetapi itu tidak menentukan.
Masih
dalam Sayekti, pelopor teori Trait and
Factor E.G. Williamson dalam Theories of Counseling and Psychotherapy
menyebutkan filsafatnya Personalisme,
atau mempunyai perhatian besar terhadap keseluruhan individu, bahwa manusia
merupakan seorang individu yang unik yang sebagian dapat mempengaruhi dan
menguasainya baik pembawaan dan lingkungannya. Dalam proses pelaksanaannya
teori Trait and Factor, terdapat teknik-teknik yang dapat digunakan oleh Konselor
untuk melakukan proses konseling. Tenik-tenik tersebut adalah sebagai berikut:
Sayekti
(1998:52) menjelaskan ada dua teknik konseling yang diaplikasikan dalam teori Trait and Factor:
1.
Teknik tes, untuk mengungkapkan
kepribadian, bakat, minat, dan data yang lain yang hanya dapat diungkap dengan
tes.
2.
Teknik non tes, meliputi wawancara,
angket, observasi, otobiografi, dokumentasi, dan yang lain.
Demikian
terdapat dua teknik konseling yang digunakan dalam teori Trait and Factor, yaitu
teknik tes dan teknik non tes. Dalam teori ini peran teknik non tes juga
dibutuhkan dalam pengumpulan data sebagai informasi yang dapat dijadikan bahan
pertimbangan dalam memutuskan pilihan karir.
Lutfi
Fauzan (2004:92) Konseling Trait and Factor memiliki enam tahap dalam
prosesnya, yaitu: analisis, sistesis, diagnosis, prognosis, konseling (treatment) dan tindak lanjut ( follow-up ).
1.
Analisis
Analisis
merupakan langkah mengumpulkan informasi yang diperoleh tentang diri klien
beserta latar belakangnya. Data yang dikumpulkan mencakup segala aspek
kepribadian yang dimiliki klien, seperti kemampuan, minat, motif, kesehatan
fisik, dan karakteristik lain yang dapat mempermudah atau mempersulit
penyesuaian diri klien pada umumnya. Data yang dikumpulkan diklasifikasikan
menjadi dua yaitu:
a)
Data Vertikal (mencakup diri klien) yang
dapat dibagi lebih lanjut atas:
§ Data
Fisik: kesehatan, ciri-ciri fisik, penampakan atau penampilan fisik dan lain
sebagainya.
§ Data
Psikis: bakat, minat, sikap, cita-cita, hobi, kebiasaan dan lain sebagainya.
b)
Data Horizontal (berkenaan dengan lingkungan klien yang berpengaruh
terhadapnya): keluarga klien, hubungan dengan familinya, teman-temannya,
orang-orang terdekatnya, lingkungan tempat tinggalnya, sekolahnya dan lain
sebagainya.
2. Sintesis
Sintesis adalah usaha merangkum, mengolong-golongkan
dan menghubungkan data yang telah terkumpul pada tahap analisis, yang disusun
sedemikian sehingga dapat menunjukkan keseluruhan gambaran tentang diri klien.
Dari hasil analisis dapat menunjukkan bakat klien, kelemahan serta kekuatan,
penyesuaian diri maupun ketaksanggupan menyesuaikan diri. Rumusan diri klien
dalam sistesis ini bersifat ringkas dan padat.
Ada tiga cara yang dapat dilakukan dalam merangkum
data pada tahap sistesis tersebut: cara pertama dibuat oleh konselor, kedua
dilakukan klien, ketiga adalah cara kolaborasi antara konselor dan klien.
3.
Diagnosis
Diagnosis merupakan tahap menginterpretasikan data
dalam bentuk (dari sudut) problema yang ditunjukkan. Rumusan diagnosis
dilakukan melalui proses pengambilan atau penarikan simpulan yang logis.
Sesuai dengan Sayekti (2002:53) dalam tahap ini
terdapat tiga kegiatan yang dilakukan, yaitu :
a)
Identifikasi masalah, yang bersifat deskriptif berdasar
pada data yang diperoleh, dapat merumuskan dan menarik kesimpulan permasalahan
klien.
b)
Menentukan sebab-sebab, mencangkup pencaharian hubungan
antara masa lalu, masa kini atau masa depan yang dapat menerangkan sebab-sebab
gejala. Konselor menggunakan intuisinya yang dicek oleh logika, oleh uji coba
dari program kerja berdasarkan diagnosis sementara.
c)
Menentukan kemungkinan-kemungkinan yang akan terjadi.
Konselor bertanggung jawab dan membantu siswa untuk mencapai tingkat
pengambilan tanggung jawab untuk dirinya sendiri, berarti ia mampu dan mengerti
secara logis, tetapi juga secara emosional mau. Sebab mungkin saja secara logis
mengerti, tetapi emosional belum mau menerima.
4. Prognosis
Winkel (2010:412) prognosis atau perkiraan tentang perkembangan klien
serta berbagai implikasi dari hasil diagnosis. Menurut Williamson prognosis ini
bersangkutan dengan upaya memprediksikan kemungkinan-kemungkinan yang akan
terjadi berdasarkan data yang ada sekarang. Misalnya: bila seorang klien (siswa
di sekolah) berdasarkan data sekarang dia malas, maka kemungkinan nilainya akan
rendah, kemungkinan nanti tidak dapat diterima dalam seleksi penerimaan
mahasiswa baru.
5. Konseling (Treatment)
Dalam konseling, konselor membantu klien untuk menemukan
sumber-sumber pada dirinya sendiri, sumber-sumber lembaga dalam masyarakat guna
membantu klien dalam penyesuaian yang optimum sejauh dia bisa. Bantuan dalam
konseling ini mencakup lima jenis bantuan yaitu:
§ Hubungan
konseling yang mengacu pada belajar yang terbimbing kearah pemahaman diri.
§ Konseling
jenis edukasi atau belajar kembali yang individu butuhkan sebagai alat untuk
mencapai penyesuaian hidup dan tujuan personalnya.
§ Konseling
dalam bentuk bantuan yang dipersonalisasikan untuk klien dalam memahami dan
trampil untuk mngaplikasikan pinsip dan teknik-teknik dalam kehidupan
sehari-hari.
§ Konseling
yang mencakup bimbingan dan teknik yang mempunyai pengaruh teraputik atau
kuratif.
§ Konseling
bentuk redukasi bagi diperolehnya kataris secara terapiutik.
Sesuai dengan lima
jenis konseling menurut Sayekti dalam buku “Berbagai Pendekatan Dalam
Konseling” (2002:54), yaitu:
§ belajar
terpimpin menuju pengertian diri.
§ mendidik
kembali atau mengajar kembali sesuai dengan kebutuhan individu sebagai alat
untuk mencapai tujuan kepribadiannya dan penyesuaian hidupnya.
§ bantuan
pribadi dari Konselor supaya klien mengerti dan terampil dalam menerapkan
prinsip dan teknik yang diperlukan dalam kehidupan sehari-hari.
§ mencakup
hubungan dan teknik yang bersifat menyembuhkan dan efektif
§ suatu
bentuk mendidik kembali yang sifatnya sebagai katarsis atau penyaluran.
Konseling merupakan
usaha dari konselor untuk membantu klien sehingga lebih siap untuk memecahkan
masalah yang dihadapi dengan situasi penyesuaiannya, sebelum klien begitu jauh
terlibat dalam konflik diri dan penilaiannya hingga membutuhkan terapi.
6. Tindak Lanjut (Follow Up)
Tindak lanjut merujuk pada segala kegiatan membantu siswa setelah
mereka memperoleh layanan konseling, tetapi kemudian menemui masalah-masalah
baru atau munculnya masalah yang lampau. Tindak lanjut ini juga mencakup
penentuan keefektifan konseling yang telah dilaksanakan, sehingga menjamin
keberhasilan konseling. Teknik yang digunakan konselor harus disesuaikan dengan
individualitas klien, mengingat bahwa tiap individu memiliki keunikan sifatnya,
sehingga tak ada teknik yang baku yang berlaku untuk semua.
G.
Aplikasi Teori Trait and Factor (Contoh
Kasus)
Setelah kita memahami tahapan proses konseling
menggunakan teori Trait and Factor.
Berikut contoh kasus yang diambil sebagai aplikasi
antara masalah yang dihadapi oleh klien dengan penggunaan teori Trait and Factor , sebagai berikut:Seorang siswa kelas XII SMA belum dapat
menentukan pilihan programstudi di perguruan tinggi. Disepakati akan
dikumpulkan data tentang siswa yang relevan, yaitu taraf intelegensi, bakat
khusus, dan minat melalui testing psikologis (Analisis). Data hasil testing
yang masuk menyatakan bahwa siswa bertaraf intelegensi tinggi, berbakat khusus
dalam bidang studi matematika, cukup mampu dalam pengamatan ruang, dan
mempunyai minat yang mengarah kepada pekerjaan sosial. Maka tampak suatu minat
dan kemampuan tertentu (Sintesis). Siswa dahulu pernah mengatakan bahwa
diapernah memikirkan program studi teknik sipil, arsitektur, dan keguruan di
bidang matematika. Sebenarnya ada kecocokan antara milik/bekal kemampuan
kognitif dengan kualitas yang dituntut dalam ketiga bidang studi itu, tetapi
hanya terdapat kecocokan dalam ranah minat dengan bidang keguruan. Dengan
demikian inti dari kasusnya adalah menentukan/memilih suatu bidang studi yang
menuntut pola kualifikasi yang sesuai, baik dengan kemampuan di bidang kognitif
maupun dengan arah minat (Diagnosis). Implikasi dan hasil diagnosis itu adalah
supaya siswa meninjau kecocokan antara pola kualifikasi yang dituntut dalam
ketiga bidang studi tersebut, dengan pola kemampuan dan minat yang telah
diidentifikasikan pada dirinya sendiri (Prognosis). Peninjauan itu dilaksanakan
dalam wawancara dengan konselor, sampai akhirnya siswa memilih program studi
matematika di FIP, S1 (konseling). Siswa menghadap kembali kalau ternyata
timbul kesulitan dalam pelaksanaan keputusannya (Follow-Up)
BAB
III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Manusia merupakan sistem sifat atau faktor yang
saling berkaitan antara satu dengan yang lainnya, seperti: kecakapan, minat,
sikap, dan temperamen. Manusia berusaha untuk menggunakan pemahaman diri dan
pengetahuan kecakapan dirinya sebagai dasar pengembangan potensinya.
Pendekatan faktor-sifat/watak bagi pengambilan
keputusan karir adalah yang tertua. Corak konseling trait dan faktor ini
bersumber pada gerakan bimbingan jabatan, sebagaimana dikembangkan di Amerika
Serikat sejak awal abad yang ke-20. Pelopor pengembangan corak konseling trait
dan faktor yang paling terkenal adalah E.G. Williamson.
Trait and Factor dapat
dideskripsikan sebagai corak konseling yang menekankan pemahaman diri melalui
testing psikologis dan penerapan pemahaman itu dalam memecahkan beraneka
problem/masalah yang dihadapi, terutama yang menyangkut pilihan program
studi/bidang pekerjaan.
Pandangan tentang Trait
and Factor ini mempunyai
relevansi bagi bimbingan dan konseling karir di institusi pendidikan. Data
tentang diri peserta didik sendiri merupakan bahan pertimbangan penting dalam
merencanakan karir, asal data itu tidak hanya dibatasi pada data hasil testing
psikologi. Demikian pula data tentang kualifikasi yang dibutuhkan dalam
memegang suatu jabatan merupakan sebagian dari data tentang lingkungan hidup
(data sosial) yang harus ikut dipertimbangkan.
Tujuan
konseling Trait adn Factor adalah membantu individu merasa lebih baik dengan menerima
pandangan dirinya sendiri dan membantu individu berfikir lebih jernih dalam
memcahkan masalah dan mengontrol perkembangannya secara rasional, memperkuat
keseimbangan antara pengaktifan dan pemahaman sifat-sifat sehingga dapat bereaksi
secara wajar dan stabil, mengubah sifat-sifat subjektif, dan kesalahan dalam
penilaian diri (konsep diri) dengan menggunakan metode atau cara ilmiah.
Dalam prosesnya terdapat
dua teknik yang digunakan yaitu teknik tes dan teknik non tes. Tahapan proses
konseling yang dilakukan adalah analisis, sistesis,
diagnosis, prognosis, konseling (treatment)
dan tindak lanjut ( follow-up ).
DAFTAR PUSTAKA
Fauzan, Lutfi. 2004. Pendekatan-Pendekatan Konseling
Individual. Malang : Elang Mas
Fauzan, Lutfi dan Suliono. 1992. Konseling
Individu Trait and Factor. Malang:DEPDIKBUD
Gibson & Mitchell. 2011. Bimbingan dan Konseling. Yogyakarta: Pustaka Pelajar
Perry & Vanzandt. 2005. Exploring Future Options A Career
Development Curriculum for Middle School Student. New York: IDEBATE Press
Books
Sayekti P. 1993.
Berbagai Pendekatan Dalam Konseling.
Yogyakarta: Menara Mas Offset
Slamet Riyadi.
2010. Model-model Konseling.
Semarang: Universitas Negeri Semarang
_______. 2002. Berbagai Pendekatan Dalam Konseling.
Surakarta: Universitas Slamet Riyadi Surakarta
Winkel. 1997. Bimbingan dan Konseling Di Institusi Pendidikan. Jakarta: Grasindo
Winkel & Sri Hastuti. 2010. Bimbingan dan Konseling di Institusi
Pendidikan. Yogyakarta: Media Abadi