Monday, 14 August 2017

Unknown

STRATEGI DAN METODA MEMBINA HUBUNGAN DALAM KONSELING

STRATEGI DAN METODA MEMBINA HUBUNGAN DALAM KONSELING

  1. Latar Belakang
Pada makalah ini terdapat bahasan mengenai metode yang efektif dan cara mudah menjalin hubungan dengan klien, mengembangkan kententraman, perasaan paham pada diri klien dan mendorong klien menggali perasaannya. Selain teknik-teknik, strategi dan metode yang ada, dibutuhkan kemampuan konselor untuk mengembangkan teknik tersebut agar sesuai dengan pandangan dan kepribadian mereka dan perkiraan tentang kebutuhan klien serta agar klien mendapatkan pelayanan yang tepat. Pada akhirnya teknik digunakan sebagai media utama untuk memberikan makna hubungan dengan manusia.
Utamanya adalah pada beberapa teknik yang fleksibel dalam penerapannya. Penekanan pada fleksibelitas ini diaktualisasikan dalam model yang digunakan. Metode membina hubungan ini digunakan sepenuhnya pada bagian awal dari pembahasan masalah klien, kegiatan ini berlanjut sampai akhir. Metode ini juga mengatur dampak pada perasaan sadar, dan ekspresi pada tingkatan lain, lebih khusus dengan perasaan berlawanan seperti mendorong ekspresi perasaan cinta yang berlawanan dengan benci. Oleh karena itu, pengaturan dalam konteks ini berarti proses dari pengeskpresian perasaan secara penuh sepanjang banyaknya sifat berlawanan dalam suatu pengembangan kemampuan untuk mencapai tujuan klien.
Selanjutnya membahas mengenai metode sebagai jalan yang memungkinkan sikap dasar dan konsep diri konselor dan psikoterapis bisa diaplikasikan. Kita juga membahas metode-metode lanjutan lainnya yang bisa menggambarkan tingkahlaku dan bisa diajarkan sebagai keterampilan.




BAB II
PEMBAHASAN

  1. TEKNIK-TEKNIK PEMBUKAAN
Tugas pertama dalam pertemuan dengan klien adalah menumbuhkan rasa percaya. Bagian awal buku-buku konseling dan psikoterapi menceritakan cara membina hubungan yang akrab, kondisi saling pengertian dan nyaman. Konselor berusaha pada saat ini menunjukkan sikap penerimaan, kehangatan dan perhatian yang mendalam pada klien. Secara lebih baik dengan mengaplikasikan sebagai teknik. Beberapa pengalaman konselor dalam memulai hubungan dipaparkan sebagai berikut:
1.    Salam penerimaan
Jika konseling dilakukan disebuah kantor, konselor menunjukkan pada klien dengan menemui klien diruangan tamu sambil berjabat tangan. Memanggil nama klien dan mempersilahkan klien memasuki kantor. Jika tidak dilakukan dikantor, biasanya dalam penerimaan  bersifat formal dan disesuaikan dengan kondisi budaya klien. Tingkatan sopan santun jauh diukur pada perasaan puas diawal hubungan.
2.    Topik
Konselor memiliki variasi bagaimana membuka pembicaraan dalam fikiran mereka. Memulai dengan suatu bahasa yang berbudi atau basa basi mungkin lebih banyak menghasilkan kesulitan hubungan dari pada jika klien dibiarkan mengemukakan urusan mereka sesegeranya. Ilustrasi dari permasalahan ini merupakan suatu gambaran tentang penyesuaian konselor dan merupakan refleksi dari gaya pribadinya.
Secara umum konseling berisi masalah yang pribadi yang dipenuhi dengan kecemasan. Hal ini sering menyulitkan untuk melihat masalah yang sesungguhnya secara cepat dan tepat, untuk ini dibutuhkan kejujuran. Konselor harus bisa mengatasi ketakutan klien dan mengendalikan dengan setting baru yang alami yaitu membuat klien merasa nyaman. Kadang-kadang hal itu membuat klien menjelaskan sepenggal percakapan di kantor. Klien sering merasa senang dengan jalan konvesional dimulainya hubungan. Hal ini harus ditekan sekalipun pada pembukaannya hanya memecahkan kebekuan supaya klien bisa memulai untuk menerima sikap terapeutik konselor. Ada banyak bahaya bahwa hubungan akan berakhir sejalan dengan pembicaraan yang diingin, penilaian awal.
Sebagai suatu catatan tambahan, suatu hubungan yang efektif bisa dengan mudah pada dasar non verbal melalui kehangatan dan persahabatan seperti kalimat “saya menunggu anda” atau “waktu saya untuk anda” diungkapkan konselor, dan selanjutnya kemampuan menuntut klien memulai kegiatan. Jika klien dimotivasi untuk memperoleh bantuan, konselor yang “sedikit bicara” mungkin menunjukkan sedikit penolakan untuk kebutuhan ini. Lebih lanjut konselor yang terlalu “sedikit berbicara” mungkin berdampak konselor ingin melindungi klien dari situasi nyata. Secara umum, beberapa arahan seperti “mungkin anda ingin menceritakan sesuatu sehingga anda datang kemari?” itu lebih realistik dan sopan. Kesimpulannya penilaian pertama sebahagian besar pada penampilan atau gaya konselor.
3.    Set ruangan
Penentu terciptanya hubungan kerja yang baik salah satunya dipengaruhi oleh kondisi fisik ruangan. Memang belum ada penelitian terkait hal ini. Berdasarkan pengalaman dilapangan, ketika konselor bekerja disamping meja, hal ini menjadi penghambat dalam berkomunikasi. Disamping itu duduk berhadap-hadapan dengan jarak yang dekat membuat klien merasa kurang nyaman. Karena itu konselor dianjurkan bereksperimen menciptakan tata ruang yang efektif. Penataan ruang seperti hal yang sepele, namun hal ini sering luput dari perhatian konselor. Sudah merupakan hal yang lazim, misalnya bila klien tidak ditempatkan pada posisi kesumber cahaya, artinya jika konseling menghadap ke jendela maka tirai jendela hendaklah ditutup.
Pertimbangan lain yang perlu diperhatikan adalah mengenai jenis kursi yang akan dipakai oleh klien. Kemungkinan hubungan baik akan tercapai bila kenyamanan kursi yang dipakai konselor dank lien diperhatikan. Misalnya kursi berputar untuk konselor dan kursi lurus untuk klien.


4.    Sikap
Tingkat ketenangan harus terlihat melingkupi hubungan antara klien dengan konselor. Seorang konselor harus mampu memberikan kesan kepada diri klien terapi yang diberikan kepadanya benar-benar mampu menolongnya. Jembatan hati dapat tercipta dengan baik bila konselor mempu memahami sifat dan perasaan orang lain sebaik-baiknya (tanpa terkesan dibuat-buat). Jadi konseling ini sebenarnya “unik” karena lebih khusus dari hubungan biasa antar manusia sehari-hari. Untuk itu seorang konselor harus mampu menjelaskan bahwa pengobatan jiwa ini sangat penting karena proses konseling terkait erat dengan merencanakan, menganalisa kembali, dam memahami kepribadian seseorang.

  1. TEKNIK MEMBINA HUBUNGAN YANG BERSIFAT REFLEKTIF
1.    Refleksi perasaan
Dalam pendekan kepribadian sebagaimana diuraikan pada bab tiga, hanya ditekankan pada pendekatan kepribadian yang sifatnya diluar kesadaran sedangkan teknik refleksi membantu seseorang untuk keluar dari kungkungan system yang dipakai selama ini dengan tujuan untuk membantu klien memahami perasaannya yang terdalam. Terkadang muncul kecendrungan dalam diri klien untuk mengingkari perasaannya sendiri sehingga menyebabkan mereka menjadi defensif.
Teknik refleksi dalam hal ini lebih menfokuskan kepada memahami apa yang terkandung dalam ucapan klien. Refleksi menekankan kata ganti “Anda” pada frase “anda merasa..” dan “anda berfikir…”. Refleksi menghangasilkan tujuan penting yang mendorong klien untuk memikirkan gagasan dan perasaan yang mereka ungkapkan sehingga mampu mengenal kepribadian dirinya sendiri tanpa ada pengaruh dari luar dirinya. Lebih jauh refleksi merupakan tehknik perantara yang dapat digunakan setelah hubungan awal tercipta dengan baik, sebelum penyampaian informasi maupun kesimpulan.
Merefleksi perasaan membutuhkan keterampilan, namun hal tersebut dapat dipelajari dengan memahaminya dan melatihnya. Philip and Agnew (1953) menemukan data dalam penelitian mereka bahwa refleksi merupakan keterampilan menolong orang dapat dipelajari, biasanya tidak digunakan dalam hubungan antar individu yang sifatnya umum, yang tidak menjalani latihan yang bersifat klinis dan bahkan hanya bisa digunakan pada orang dewasa yang dianggap mampu. Dengan adanya latihan keterampilan berkomunikasi dan penekanan pada kemampuan untuk mendengarkan perasaan, maka refleksi akan menjadi kegiatan yang bersifat harian (Allmon, 1981). Contoh-contoh dalam modeling atau peragaan oleh konselor adalah cara yang efektif untuk membantu klien mengungkapkan perasaannya konseling yang dibutuhkan untuk menbantu klien dalam mengungkapkan perasaannya.
2.    Refleksi secara alami
Refleksi perasaan diartikan sebagai usaha konselor memparaprasekan kata-kata segar sikap dasar (tidak begitu banyak isi) yang diekspresikan oleh klien. Konselor berusaha memantulkan sikap klien agar dia lebih baik dalam memahami dirinya dan untuk memperlihatkan kepada klien bahwa keadaannya betul-betul dipahami oleh konselor. Kata yang segar ditekankan karena mungkin refleksi yang dikemukakan oleh konselor salah adalah mengungkapkan refleksi dalam kata-kata yang baru saja digunakan klien. Dalam satu anekdot dimana konselor mengulang hamper seluruh perkataan klien, klien menjawab “Apa salahnya dengan cara saya mengungkapkan itu?”. Untuk itu penting menggunakan kata-kata yang berbeda dengan menunjukkan tingkat ketertarikan konselor dan upaya memahami klien seperti “Kamu kelihatannya ingin mengambil keputusan sementara kamu menemukan kesulitan untuk melakukannya”. Untuk itu penting menggunakan kata-kata yang berbeda dengan menunjukkan tingkat ketertarikan konselor dan upaya untuk memahami klien seperti kalimat “Kamu kelihatannya seperti ingin mengambil keputusan, semantara kamu kesulitan untuk melakukannya”.
Kata sikap ditekankan pada pengertian dari refleksi membuat konselor menyadari bawah dia harus bisa mengontrol perasaan tentang apa yang dibicarakan. Tidak hanya isi pembicaraan. Terapi sering mengalir seperti sungai yang banyak riak-riak pada permukaan yang berhubungan dengan isi. Hal itu membutuhkan keterampilan dengan mengembangkan kepentingan sensitivitas untuk mengidentifikasi perasaan itu secepatnya dan memantulkan kembali secepat kilat mengungkapkan seluruh kalimatnya.
Sebuah kata sebab tentang perasaan klien tersebut kata ekspresi. Suatu kebiasaan yang bisa menimbulkan miskonsepsi yang muncul dari penekanan perasaan diri mereka sendiri. Kesimpulan sering menggambarkan perasaan lebih penting dari intelektual. Ekspresi perasaan dikembangkan melalui teknik refleksi. Ekspresi dari perasaan adalah mengemukakan ide untuk mengkonfrontasikan diri dan tidak sebuah akhir dalam konseling.
Perasaan yang dikemukakan oleh klien secara subjektif dan tidak merupakan suatu kepercayaan. Klien dilatih untuk mempercayai ekpsresi perasaannya. Seseorang yang panik contohnya. Perasaan tidak memiliki kualitas evalusai, ide-ide bagaimanpun memiliki nilai kebenaran atau salah. Tetapi penilaian dapat dilakukan setelah perasaan diklarifikasi yaitu berupa ide-ide dan pengalaman mendasar dari perasaan.
3.    Refleksi dari pengalaman nonverbal
Suatu bentuk refleksi yang diaktualisasikan dalam konseling melebihi refleksi verbal adalah refleksi pengalaman suatu metode untuk membaca tingkah laku. Konselor mengamati postur, gerak isyarat, suara dan mata dari klien. Refleksi konselor bukan hanya dari ungkapan perasaan klien, tetapi juga pesan dari tingkahlaku non verbal klien.
Refleksi pengalaman adalah teknik mengkonfrontasikan kontradiksi dari apa yang dikatakan tentang perasaan klien dengan apa yang diamati oleh konselor pada keseluruhan organisme klien yang berbicara. Contohnya:
K : Kamu mengatakan kamu marah, tapi matamu menampakkan pernyataan pada saya bahwa kamu sangat menderita.
K : Kamu mengatakan kamu mencintai dia, tetapi setiap waktu kamu mengatakan tentang dia sebagai ikan tangkapanmu.
Konselor harus berani menyatakan tentang persepsinya terhadap klien sebagaimana klien mengemukakan perasaannya.



4.    Berbagi pengalaman
Aktualisasi terapi mewujudkan hubungan antara klien dengan konselor merupakan kunci penting dalam proses terapeutik. Hubungan ini sebagai kontinum dari tanggung jawab pribadi dengan refleksi perasaan diawal, refleksi pengalaman di tengah dan berbagi pengalaman dibagian akhir.
Berbagi pengalaman maksudnya adalah kejujuran konselor membagi pengalaman kepada klien pada waktu tertentu. Oleh sebab itu berbagi pengalaman  model bagi klien untuk menceritakan pengalamannya.
5.    Identifikasi Perasaan
Dalam mengajarkan teknik refleksi pada konselor baru dengan membuat daftar dari kategori perasaan manusia sehingga membantunya mempraktekkan ekspresi perasaan. Reid dan Sneyder (1947) menemukan variasi kemampuan konselor dalam memberi nama perasaan yang diekspresikannya.
Secara umum perasaan dapat dibagi atas tiga bagian yaitu positif, negatif dan ambivalen. Perasaan positif mencakup ego-konstruktif dan aktualisasi diri, sementara perasaan secara umum adalah ego perusak ambivalen mengacu kepada dua atau lebih perasaan yang berlawanan yang dikemukakan dalam waktu yang sama pada objek yang sama dalam konseling klinik. Untuk itu penting bagi konselor memunculkan kontradiksi itu dan merefleksikan pada klien. Penting bagi klien melihat dan menemukan pertentangan antara sikap orang yang sama, untuk ini bisa menjadi sumber ketegangan. Salah satu tujuan konseling psikoterapi adalah mewujudkan bahwa seseorang bisa sekaligus cinta dan benci pada orang yang sama dan pada waktu yang sama.
Berikut daftar yang menunjukkan contoh label-label yang menunjukkan dua kategori pertentangan kategori perasaan positif dan negatif.
Positif
Gembira                                     harga diri
Rasa aman                                 cinta
Berterimakasih                           optimis
Rasa percaya diri                       kesenangan, kehangantan
Negatif
Rasa bersalah                             durhaka
Dendam                                     antagonis/ jahat
Takut                                         memberontak
Depresi                                      menolak/ permusuhan
Konselor yang bisa mengamati dan mengidentifikasi perasaan yang muncul akan menemukan kemudahan untuk merefleksi perasaan. Lebih cepat dan tepat. Kemampuan untuk merasakan hal yang ada dibalik perasaan klien tergantung dari kemampuan empati mendalam dari konselor.
6.    Kesulitan dalam refleksi
Ada beberapa kesulitan dalam merefleksi, yaitu:
a.    Stereotip
Kesalahan yang biasa terjadi di dalam refleksi ketika konselor menggunakan suatu kalimat pengantar mengandung stereotip seperti; “kamu merasa…”. Prosedur ini jika diperhatikan akan menimbulkan perasaan dendam pada klien dan dia berusaha untuk menganalisa proses dengan sangat kritis.
Variasi yang disarankan: gunakan kata-kata yang bisa mengekspresikan perasaan, contoh “kamu merasa sedih (bingung, kesal dan sebagainya jika hal itu terjadi……
“kamu pikir………..
“hal itu bagimu…….
“kalau saja saya memperolehnya, kamu merasa bahwa…….
“dengan kata lain……….
Nada suara intonasi dari variasi-variasi kata yang diekspresikan, contoh:
Ki : Benar-benar terluka saya menyakitinya
Ko : Benar-benar terluka (ini pengecualian pada aturan umum bukan refleksi ini).
b.   Waktu
Kesalahan lain dimana konselor menunggu sampai klien menghentikan pembicaraan sebelum refleksi diberikan. Jika banyak isi dan sedikit perasaan yang dikemukakan oleh klien itu tidak jadi masalah. Sebagai sebuah konseling yang berkembang, bagaimanapun sangat banyak perasaan yang akan  muncul. Kondisi ini kadang-kadang penting untuk menginterupsi klien guna memfokuskan dan memberikan penekanan perasaan yang signifikan. Sebaliknya juga mudah membuat kesalahan menginterupsi klien terlalu cepat dan melengkapi kalimat mereka.
c.    Seleksi perasaan
Ketika Roger memperkenalkan teknik ini diasosiasikan dengan label Regorian yaitu nondirektif. Suatu penelitian tentang teknik ini menunjukkan bahwa konselor hanya mengulang kembali perasaan yang dikemukakan klien, sehingga konselor tidak bersifat tidak direktif. Penelitian mendalam tentang teknik ini menyatakan bagaimanapun konselor melakukan pilihan dari pernyataan klien yang bagian-bagiannya ada yang sangat besar tingkat kualitas perasaannya dan perlu diklasifikasi. Hal ini berarti konselor merasakan dan terlibat langsung (direktif).
d.   Isi
Refleksi isi merupakan suatu kesalahan dalam konseling dimana refleksi kembali mengulang kalimat dan kata yang sama dengan yang dikemukakan klien. Jika konselor melakukan hal itu mereka tidak menunjukkan pemahaman dan semata-mata mengulang secara bodoh apa yang dikemukakan klien. Refleksi seperti ini pada umumnya lebih banyak ditolak dari pada diterima.
Ki : saya selalu saja memikirkan obat karena ayah saya selalu memerintah kami semua anak tentang apa yang harus kami lakukan.
Ko : kamu selalu memikirkan karena ayah memerintahkan kamu dan kakakmu tentang apa yang harus kamu lakukan.
Konselor yang menggunakan teknik ini jika pertemuan pertama telah lebih dari lima menit. Konselor yang memiliki pengetahuan dalam tehknik refleksi mungkin akan merefleksi seperti berikut:
Ko : kamu ingin pergi dari dia semenjak kamu tidak pernah disetujuinya.
Hal ini suatu usaha dari konselor untuk mengungkapkan agar klien mengekspersikan perasaannya yang terpendam. Konselor tidak menilai kata-kata dari klien tetapi menilai ekspresi dari perasaannya.
e.    Kedalamam
Konselor bisa gagal merespon dan tidak memberikan refleksi secara akurat terhadap tingkat kedalaman ekspresi perasaan klien. Beberapa konselor secara konsisten sangat dangkal melakukan refleksi. Sementara konselor yang lain secara konsisten memberikan refleksi dan interpretasi sangat mengalam, contohnya:
Ki : Saya ingin menjadi insinyur, tetapi saya tidak dapat memacu diri saya selama empat tahun tanpa dirinya….saya tidak bisa melakukannya…….
Ko : Kamu juga ingin menjadi insinyur tetapi kamu ingin menikah, atau…
Ko : Kamu tidak bisa hidup tanpa dirinya selama 4 tahu
Refleksi ini lebih mendalam dan mungkin bisa menjadi semacam penolakan atau merubah diri klien.
f.      Makna/ arti
Penting bahwa konselor tidak menambah atau mengurangi arti dari pernyataan klien, seperti ilusrtasi berikut:
Ki : saya hanya tidak bisa melihat diri saya sebagai tukang hitung yang duduk dibelakang meja setiap hari.
Ko : kamu tidak berfikir bahwa kamu menyenangi ide untuk memiliki pemasukan yang seimbang dan membuat laporan keuntungan dan kerugian setiap hari.
Hal ini jelas bahwa klien tidak menyatakan secara keseluruhan apa yang direfleksi oleh konselor. Konselor tidak banyak menambah arti pada pernyataan klien. Konselor bisa melakukan refleksi dengan cara sebagai berikut: “kamu tidak menyukai bekerja di ruangan”.
Supaya refleksi bisa akurat sebetulnya mudah, akan tetapi sering konselor merespon menurut kerangka berfikir dia sendiri dari pada kerangka berfikir kliennya.
g.    Bahasa
Pengalaman dalam berbagai latihan konselor menunjukkan bahwa konselor harus selalu menggunakan bahasa yang lebih banyak kecocokan dengan situasi. Berikut ini contoh miskinnya bahasa yang digunakan konselor:
   Ki : Saya merasa selalu dengan gadis-gadis, saya tidak merasa berteman
     Ko : Komplek inferiority sangat aktif dalam hubungan heteroseksual
Kesalahan yang dibuat konselor dalam refleksi ini adalah berlebihan dalam memberi interprestasi serta selalu menonjolkan keilmuan, sehingga mengabaikan perasaan. Perlu ditekankan refleksi haruslah akurat. Nilai keakuratan masih mendukung melanjutkan pembicaraan jika klien mau menerima bahwa konselor berusaha menerima dirinya. Sebagai contoh konselor mungkin berkata: “jadi kamu marah ayahmu melakukan hal ini?” klien merespon “oh tidak saya mengaguminya untuk itu”. Sementara ketidak akuratan dari tinjauan klien nilainya masih efektif selama klien merasa didorong untuk mengklasifikasikasi perasaannya dan membetulkan konselor. Efeknya yang lebih jauh adalah eksplorasi diri.
7.    Tipe-tipe Refleksi
Ada 3 tipe refleksi yaitu:

a.    Refleksi segera
Suatu refleksi dengan segera mengulang kembali pernyataan klien setelah klien mengungkapkannya.
b.   Refleksi kesimpulan
Hal ini adalah wilayah keseluruhan perasaan. Metode refleksi kesimpulan dinyatakan dalam gambar di bawah ini:
Ki              R                     Ki                    R                     Ki                    R


                                          Refleksi Kesimpulan
Jadi refleksi kesimpulan mengumpulkan secara keseluruhan beberapa pernyataan perasaan yang dikemukakan klien sebelumnya.
c.    Refleksi terminal
Teknik menyimpulkan aspek-aspek penting dari konseling yang telah berlangsung beberapa waktu. Terminal refleksi mungkin juga memasukan kesimpulan isi terhadap konseling yang sedang berlangsung.
8.    Alasan-alasan efektifitas refleksi
Alasan-alasan efektifitas refleksi yaitu:
a.    Refleksi membantu individu untuk mengerti dan memahami perasaannya
b.   Refleksi membantu membahas masalah yang berkaitan dengan neurotik
c.    Refleksi menekankan pada klien inferensi bahwa perasaan-perasaan itu yang menjadi penyebab suatu tingkah laku
d.   Refleksi menumbuhkan rasa tanggung jawab individu pada diri sendiri
e.    Refleksi pantas diberikan kepada klien yang mempunyai kekuatan untuk memilih perasaan
f.      Refleksi mengklasifikasikan pemikiran klien, sehingga bisa melihat keadaan lebih objektif
g.    Refleksi membantu klien untuk melatih mereka mendalami motif.


  1. TEKNIK PENERIMAAN
1.    Dasar dan teknik penerimaan
Ada suatu teknik yang sederhana tentang respon dengan menggunakan kalimat pendek seperi mm…ya….. terus…., dengan menampilkan sikap memperhatikan dan penerimaan. Hal ini digunakan secara penuh pada tahap awal konseling agar klien dengan sepuas hati menceritakan segala sesuatunya yang seringkali tanpa disertai dengan perasaan.
Teknik penerimaan juga ada pada tahap akhir pada waktu klien mendalami perasaan mereka dan menggambarkan perasaannya. Suatu pembicaraan sederhana dari sikap penerimaan konselor adalah terus …..aman….. kamu tidak perlu malu apa yang benar-benar kamu rasakan. Penilaian dari pernyataan itu: oh begitu….atau hmm..hmm. hal itu akan mendorong diskusi dan mengembangkan ide sehingga proses konseling menjadi lancar.
2.    Unsur dan teknik penerimaan
Ada 4 unsur yang diamati dalam penerimaan yaitu:
a.    Tingkah laku yang penuh perhatian secara luas diartikan dengan kontak mata
b.    Ekspresi wajah dan penampilan konselor
c.    Tekanan suara konselor
d.   Jarak dan postur tubuh


  1. TEKNIK PENSTRUKTURAN
1.    Dasar dan Nilai Penstrukturan
Teknik penstrukturan adalah suatu teknik dimana konselor menjelaskan tentang dasar, kondisi, batas dan tujuan dari proses konseling.

Ada 3 elemen dari penstrukturan:
a.    Dinyatakan tentang beberapa pengetahuan, peranan konselor, secara otomatis batas umum tentang peranan klien.
b.   Penstrukturan resmi, konselor menggunakan kalimat secara penuh untuk menjelaskan batas proses konseling
c.    Unsur kontak yang diuraikan pada bab terakhir
Terapeutik memberikan batasan sebagai berikut:
1)   Pembatasan harus diberikan bersifat minimal, mempunyai kecocokan dengan pertimbangan klien dan terapi
2)   Batasan yang diberikan tidak bersifat menghukum
3)   Batasan dalam bentuk penilaian yang baik dengan memperhatikan berbagai hal
4)   Batasan harus dstruktur pada waktu yang pantas, penstrukturan yang terlalu cepat dan kaku bisa menganggu hubungan.
2.    Bahaya penstrukturan yang tidak beres
Proses terapeutik adalah suatu miniature kondisi social dimana individu bisa menggunakan kebebasan mereka, akan tetapi mereka harus mendapatkan dorongan batas-batas dari kebebasan tersebut. Konselor yang berbuat kesalahan dalam penstrukturan bisa tidak disukai oleh banyak klien yan sama sekali tidak menganal apa itu konseling.
Curren memberikan tekanan, seseorang yang bingung pada awal wawancara adalah orang yang mempunyai rasa tanggung jawab dalam dirinya minimal memiliki rasa takut, rasa tidak aman, dll. Kesalahan yang terus menerus dilakukan konselor dalam penstrukturan menyebabkan klien tergantung pada konselor yang akan berlanjut sampai wawancara.
3.    Bentuk-bentuk penstrukturan dan kontak
Baru-baru ini telah membahas penstrukturan sebagai tehknik untuk menjelaskan batas-batas dan isi dari proses konseling. Metode penstrukturan dilanjutkan dengan kontrak, dimana adanya suatu persetujuan bagaimana dan kapan tujuan konseling dilaksanakan.
a.    Kontrak
Kontrak untuk menguraikan persetujuan penstrukturan. Beberapa kontrak yang secara khusus dilakukan untuk klien yang muda, mempunyai ciri-ciri yang resmi. Secara istemewa digariskan tentang tanggung jawab, bonus atau sangsi, bagaimana dan siapa yang memonitor.
Kontrak mempunyai cirri khusus bahwa mengetahui secara pasti tetang apa yang diharapkan dari mereka, pengertian dan kesanggupan dari klien untuk melakukan hasil konseling. Suatu kontrak kerja bisa lebih efektif ketika klien untuk menghilangkan tingkah laku yang khusus, seperti merokok dan pantang makan.
Kunci penting dari suatu bentuk kontrak adalah jika konselor mengetahui kapan dia atau klien bisa berhasil, bahwa ketika klien mencapai tujuan sebagaimana yang mereka setujui. Kontrak dititik beratkan pada suatu harapan.
b.   Batasan Waktu
Batasan waktu adalah suatu hal yang sangat penting di sekolah atau tempat pelayanan konseling lainnya, dalam hal ini hanya suatu batas antara waktu yang diberikan untuk setiap wawancara. Konselor menerangkan pada awal wawancara berapa banyak waktu yang akan terpakai. Kita menyarankan kapan batas waktu yang dikemukakan. Jika klien selama proses terapi berusaha sebanyak mungkin menggunakan waktu. Disarankan 5 atau 10 menit wawancara berlangsung kita menyampaikan “We have forty five minute let’s see what we can accomplish”.
Konselor dalam hal ini menunjukkan bahwa untuk mencapai tujuan diperlukan beberapa kali kegiatan. Konselor berhati-hati mengatakan hal itu, apalagi tidak ada komitmen yang bisa dibuat sebagai suatu cara yang khusus. Contoh seorang konselor mungkin mengatakan “biasanya kita secara bersama memaki waktu untuk melakukan tes dan menyimpan data lainnya. Kemudian kita memerlukan beberapa kali kegiatan untuk membantu anda untuk merencanakan kegiatan khusus secara keseluruhan. Hal ini, memakan waktu sebanyak 4-5  jam untuk mencapai tujuan kita”.
Dalam kasus yang lebih banyak bersifat emosional konselor mungkin merasa bahwa mereka tidak ingin membuat komitmen untuk suatu bimbingan terapi yang panjang. Penstrukturan mungkin bisa membantu mengatasi kesalahpahaman dengan klien.
c.    Pembatasan kegiatan
Ada juga suatu bentuk pembatasan kegiatan, konselor tidak menyatakan secara verbal, sesuatu yang mustahil, tidak fair, dan merupakan suatu kebodohan akan tetapi perasaan bisa tidak mungkin mengarahkan pernyataan dalam bentuk kegiatan.
d.   Aturan pembatasan
Dalam pendidikan industri, agama dan medis kita menemukan konselor mempunyai dua peranan yaitu guru-konselor, supervisor-konselor, administrastor-konselor, kepala-konselor, dokter-konselor. Hal ini berarti bahwa orang ini mempunyai otoritas hidup diri klien.
Seorang kepala mengkonselingi seseorang yang tidak bisa memberlakukan seseorang itu seperti yang dia inginkan dalam bekerja. Seoran guru tidak bisa mengizinkan seorang siswa untuk menolak pekerjaan di dalam kelas. Batasan ini ditemukan pada orang yang memiliki dua peranan.
e.    Prosedur dan proses pembatasan
Konseling bisa berhasil jika klien bisa menerima dasar-dasar dari proses yang utama sekali pokok dari wawancara. Ada beberapa hal yang penting mereka ketahui agar proses bisa dimanfaatkan secara efektif. Igham dan Love (1954) menyarankan 6 proses dasar yang penting disampaikan kepada klien pada awal penstrukturan.
1.    ……bahwa adalah suatu hal yang pantas dan baik untuk meneliti diri kita sendiri. Dengan mengungkapkan masalah mereka dengan lebih cepat akan membawa kesenangan bagi diri mereka.
2.    ……lebih baik menyelidiki dari pada menyalahkan pendapat. Konselor menekankan dia berusaha untuk mengerti klien.
3.    …..untuk menilai emosi sebagai suatu hal yang penting, ditekankan disini emosi dan kebebasan mereka yang menyampaikan adalah kenyataan yang penting bukan merupakan suatu kelemahan.
4.    …..secara relative komplit bebas mengemukakan ide.
5.    …..gunakan penelitian masa lalu untuk mengembangkan pemahaman terhadap kejadian sekarang.
6.    ….suatu seri dari proses yang penting adalah tentang pandangan klien tentang dunianya sekarang adalah sering dijelaskan dalam penstrukturan.
f.      Nilai proses penstrukturan
Perlu ditekankan untuk hal di atas dibutuhkan penjelasan proses nilai yang tidak dilakukan secara eksplisit. Klien mempunyai perbedaan kebutuhan untuk memperoleh penjelasan bagaimana proses konseling yang sebenarnya. Secara umum konselor membiarkan klien menyampaikan tentang topik yang mereka miliki. Konselor memulai kegiatan konseling dari hal yang diketahui klien dna membawa mereka memasuki hal yang penting dalam proses konseling.
Pentingnya penggunaan penstrukturan adalah berarti menguraikan proses keadaan yang meragukan pada pemberian nasehat. Pentingnya penggunaan penstrukturan untuk menyatakan kepada klien filosofi dari metode konseling.
4.    Batasan Penstrukturan
Prinsip pokok dari penstrukturan adalah untuk melanjutkan proses. Bagi beberapa klien yang membutuhkan lebih banyak penjelasan perlu diberikan penstrukturan resmi lebih awal, sementara untuk model yang lain penstrukturan dilakukan bila diperlukan saja.

  1. TEKNIK LISTENING (MENDENGAR)
Mendengarkan adalah proses aktif menghadiri dengan sedikit atau tanpa verbal. Ini mungkin tampak aneh, di pertama untuk memberikan keunggulan untuk mendengarkan sebagai suatu teknik konseling. Namun, semua sistem keterampilan membantu memberi mendengarkan adalah tempat yang menonjol. Ini adalah keyakinan kami bahwa mendengarkan terapeutik adalah teknik bahwa mus dipelajari. Konselor awal sering merasa bahwa ketika jeda panjang mereka tidak melakukan cukup untuk klien. Campuran yang tepat dari konselor respon dan mendengarkan adalah salah satu perilaku konselor yang paling sulit untuk belajar.

1.      Makna dan penanganan keheningan klien
Dalam mengevaluasi signifikansi jeda, waktu kejadian dan apakah itu diprakarsai oleh klien atau konselor yang signifikan. Intitated lama jeda oleh klien pada awal wawancara awal menyampaikan arti yang berbeda untuk konselor dari satu terjadi kemudian dalam proses. Jeda yang dibuat oleh klien pada awal wawancara mungkin mencerminkan rasa malu atau perlawanan. Pada berlangsung konseling, keheningan secara bertahap datang sebagai media komunikatif bersemangat untuk dukungan, ekspresi emosi dan pikiran.
Selain itu, harus ditekankan bahwa wawancara konseling dicirikan oleh jeda dari berbagai panjang dari beberapa detik hingga beberapa menit. Sulit untuk menilai makna dari semua jeda dan tidak dalam usaha di sini untuk Katalog kemungkinan ini. Berikut ditawarkan hanya sebagai saran untuk menafsirkan dan penanganan wawancara keheningan yang diprakarsai oleh konselor atau klien.
Setiap diskusi tentang keheningan memerlukan bahwa pengakuan diberikan kepada dua jenis: negatif atau menolak, dan positif dan menerima. Makna kedua keheningan adalah bahwa klien atau konselor telah reaced akhir ide dan hanya wondering what katakan selanjutnya. Arti yang ketiga keheningan adalah resistensi termotivasi permusuhan atau kecemasan yang memotivasi embrrassment. Berhenti dengan keempat berarti mungkin sinyal bahwa klien mengalami beberapa perasaan menyakitkan khususnya yang dia atau dia tidak siap untuk verbalisasi.
Arti kelima keheningan mungkin diberi label sebagai "antisipatif" dimana klien berhenti mengharapkan sesuatu dari konselor beberapa kepastian, informasi, atau interpretasi. Arti keenam klien berhenti adalah bahwa mereka mungkin thingking atas apa yang telah mereka katakan. Akhirnya, jeda mungkin berarti bahwa klien hanya pulih dari kelelahan ekspresi emosional yang sebelumnya.



2.      Nilai-nilai konselor mendengarkan
Ini adalah salah satu asumsi dasar kami bahwa mendengarkan jenis positif dan menerima adalah teknik konseling yang paling menjanjikan. Konselor keheningan memaksa klien untuk berbicara. Nilai yang kedua, menekankan dari penelitian dengan teknik Rorschard, menunjukkan bahwa introversive orang mungkin individu sangat kreatif, dengan kehidupan batin yang kaya. Mereka harus tidak perlu dilihat sebagai orang-orang yang lebih rendah daripada individu ekstrover lebih sosial dihargai. Dalam konseling. Klien menemukan bahwa mereka dapat diam dan masih disukai. Mungkin itu adalah penerimaan ini keheningan di klien yang memberikan kurang mengartikulasikan orang perasaan yang layak dan dengan demikian membantu orang untuk menerima diri mereka sendiri untuk apa yang mereka.
Nilai-nilai konselor mendengarkan ketiga adalah bahwa, setelah yang signifikan ekspresi perasaan, klien diperbolehkan untuk berpikir dan untuk datang dengan kesadaran yang mendalam. Nilai keempat konselor mendengarkan adalah bahwa mengurangi kecepatan wawancara. Sering konselor Indra bahwa klien bergegas, atau bahwa konselor merasa dipaksa untuk mendorong keras.
3.      Kesulitan dalam menggunakan teknik mendengarkan
Dalam pelatihan konseling psikolog, kami telah menemukan bahwa ia telah diperlukan untuk mengajarkan toleransi keheningan klien tanpa rasa malu. Belum dicoba terapis menit keheningan tampaknya seperti satu jam. Menggunakan teknik mendengarkan tidak berarti menjadi pasif atau uncommunicative, namun.
Salah satu aspek yang paling sulit menggunakan teknik mendengarkan adalah menjaga diam ketika klien untuk berbicara. Sebagian besar dari klien bicara, namun, ini tidak selalu indikator hubungan kerja yang lebih efektif.
Hubungan antara rasio wawasan dan bicara dalam studi di atas yang dapat disimpulkan; Meskipun, dengan studi keterampilan wawancara, wawasan cenderung dikaitkan dengan frekuensi rendah klien bicara. Dengan kata lain, ketika konselor menjelaskan hal-hal dalam belajar keterampilan wawancara, klien rupanya mendapat masalah, Garners dan Robinson menemukan bahwa itu bukan jumlah klien per se bicara yang berkaitan dengan kesadaran, tapi agak relatif jumlah klien bicara dalam kerangka dari gaya konseling tertentu. Dengan kata lain, tetap diam dan hanya mendapatkan klien untuk berbicara lebih banyak tidak akan selalu mengarah ke kesadaran yang lebih besar. Seorang konselor dapat berbicara dengan banyak atau terlalu sedikit di waktu yang salah.


  1. TEKNIK LEADING
1.    Prinsip umum dan nilai dari lead
Istilah leading digunakan dalam dua arti. Penggunaan pertama merujuk kepada keleluasaan konselor di depan dan di belakang pemikiran klien, dan meningkatkan peranan konselor untuk mengarahkan pemikiran atau mendorong klien kedalam ucapan konselor (Charness: 1949).
Nilai dari leading adalah supaya konselor menaham atau mendelegasikan sejumalah tanggung jawab untuk membicarakan konselor-klien dan untuk lebih membangkitkan respon klien.
2.    Menggunakan lead
Ada tiga fungsi dari leading yang dianjurkan. Sautu prinsip pada lead adalah klien mampu bertoleran pada tingkat kesanggupan dan pengertian. Materi lama yang cukup harus disebut untuk membentuk jalan pengertian pada ide baru berikutnya. Robinson (1950) menggunakan analogi jenjang untuk menunjukkan bahwa konselor tidak lebih dari perjalanan masa depan klien. Dengan cara yang sama lead yang terlalu kecil dapat menggunakan intervieu.

  1. TEKNIK REASURANCE DAN SUGESTI
1.    Nature and Value of reassurance
Salah satu teknik hubungan yang luas penggunaannya untuk memberikan dorongan adalah reassurance (penentraman hati). Penentraman hati secara esensial adalah bentuk ganjaran yang efeknya memperkuat perilaku dan membangun ganjaran yang akan datang. Konselor secara langsung menyarankan bahwa “anda adalah seorang yang sanggup, anda konsisten”, anda pantas”, “anda dapat berorganisasi”.
Nilai penentraman hati yang kedua berarti cara-cara untuk mengurangi kegelisahan dan ketidaknyamanan secara langsung. Nilai penentram hati yang ketiga adalah memperkuat pola perilaku yang baru

2.    Menggunakan metode reassurance
Persetujuan atau ucapan dengan diam-diam adalah salah satu dari penerimaan hati. Tujuan yang demikian adalah untuk memberikan rasa aman berkenaan dengan ide-ide atau perasaan-perasaan yang diekspresikan. Persetujuan yang diucapkan klien cendrung untuk lebih memperkuat hal itu, sebagai contoh:
Ci: kelihatannya orang marah kalau dikritik atau dengan mengatakan mereka salah
C : memang benar itu juga observasi yang menarik dan peran yang baik tentang kepribadian.
Teknik ini memerlukan dukungan, kalau tidak berbahaya, karena klien merasa posisinya tidak berubah tanpa kesalahan. Jadi tehknik persetujuan cendrung untuk orang yang nasibnya akibat cara berfikir yang kaku.
3.    Penggunaan Metode Sugesti (usul/saran)
Saran/usul adalah alat penyokong yang sangat baik dugunkan dalam konteks menolong hubungan. Kita belum mengenal saran/ usul yang diberikan dalam cara-cara halus dalam setiap waktu. Ketika konselor memberikan saran atau usulan, disesuaikan dengan kondisi klien, yang tujuannya adalah untuk mengajar klien lebih kreatif, sehingga mereka dapat melakukan self suggestion atau auto suggestion terhadap inisiatifnya. Metoda sarana terkenal potensial untuk menolong klien agar berfungsi pada tingkat keefektifan dan kesenangan (Barber, Spanos and Chaves: 1976).
4.    Keterbatasan dan perhatian
Keterbatasan reassurance disebutkan dalam paragraph berikut dengan memperkenalkan kepada siswa fakta-fakta reassurance adalah pedang bermata dua dalam banyak cara. Ia dapat menolong bila digunakan sebagaimana mestinya dan sangat mengganggu bila digunakan sembarangan. Reassurance adalah teknik yang mudah mendapatkan kritikan. Reassurance digunakan secara sederhana dalam pendekatan yang segala sesuatu akan keluar dengan meyakinkan. Reassurance dapat diinterprestasikan oleh orang bermacam-macam gangguan, seperti simpati yang dibuat-buat dan bermuka dua, reassurance mempunyai pertanggungjawaban untuk memperkembangkan hubungan klien dengan konselor.

  1. KETERAMPILAN UNTUK MENGAKHIRI KONSELING
1.    Mengakhiri unit sebuah diskusi
Sebuah unit diskusi dapat ditutup dengen refleksi ringkas yang digambarkan pertama, dimana konselor bersama-sama dalam keadaan bingun terhadap beberapa ide yang berhubungan. Keuntungan dari ringkasan ini adalah untuk memberikan rasa mengakhiri dan kemajuan terhadap klien. Kemudian secara umum klien beralih ketopik yang lain.
2.    Mengakhiri Intervieu
Literatur konseling sedikit sekali membahas cara yang alami mengakhiri konseling. Pada awalnya konselor melaporkan kesulitan mereka dalam mengakhiri konseling. Berikut ini beberapa cara untuk mengakhiri konseling yang lebih jujur dan alami:
a.    Merujuk pada waktu
b.    Menyimpulkan










BAB III
KESIMPULAN

Dalam pembahasan strategi dan metoda membina hubungan dalam konseling terdapat banyak jabaran yang semuanya diharapkan harus di aplikasikan dalam konseling terdapat klien, Akan tetapi keberhasilan dari suatu konseling akan lebih bagus, apabila kemampuan konselor untuk mengembangkan teknik tersebut di optimalkan agar sesuai dengan pandangan dan kepribadian mereka dan perkiraan tentang kebutuhan klien serta agar klien mendapatkan pelayanan yang tepat. Pada akhirnya teknik digunakan sebagai media utama untuk memberikan makna hubungan dengan manusia.
Strategi dan metoda membina hubungan dalam konseling tahapannya adalah teknik-teknik pembukaan, teknik membina hubungan yang bersifat reflektif, teknik penerimaan, teknik penstrukturan, teknik listening (mendengar), teknik leading, teknik reasurance dan sugesti, keterampilan untuk mengakhiri konseling

















DAFTAR PUSTAKA

Brammer, L.M & Shostrom, E.L. 1982. Therapeutic Psikology Fundamentals of Counseling and Psychotherapy, New Jersey: Prentice-Hall.Inc.


Unknown

About Unknown -

Author Description here.. Nulla sagittis convallis. Curabitur consequat. Quisque metus enim, venenatis fermentum, mollis in, porta et, nibh. Duis vulputate elit in elit. Mauris dictum libero id justo.

Subscribe to this Blog via Email :