STRATEGI
DAN METODA MEMBINA HUBUNGAN DALAM KONSELING
- Latar
Belakang
Pada makalah ini terdapat bahasan mengenai metode yang efektif
dan cara mudah menjalin hubungan dengan klien, mengembangkan kententraman,
perasaan paham pada diri klien dan mendorong klien menggali perasaannya. Selain
teknik-teknik, strategi dan metode yang ada, dibutuhkan kemampuan konselor
untuk mengembangkan teknik tersebut agar sesuai dengan pandangan dan
kepribadian mereka dan perkiraan tentang kebutuhan klien serta agar klien mendapatkan
pelayanan yang tepat. Pada akhirnya teknik digunakan sebagai media utama untuk
memberikan makna hubungan dengan manusia.
Utamanya adalah pada beberapa teknik
yang fleksibel dalam penerapannya. Penekanan pada fleksibelitas ini
diaktualisasikan dalam model yang digunakan. Metode membina hubungan ini
digunakan sepenuhnya pada bagian awal dari pembahasan masalah klien, kegiatan
ini berlanjut sampai akhir. Metode ini juga mengatur dampak pada perasaan
sadar, dan ekspresi pada tingkatan lain, lebih khusus dengan perasaan
berlawanan seperti mendorong ekspresi perasaan cinta yang berlawanan dengan
benci. Oleh karena itu, pengaturan dalam konteks ini berarti proses dari
pengeskpresian perasaan secara penuh sepanjang banyaknya sifat berlawanan dalam
suatu pengembangan kemampuan untuk mencapai tujuan klien.
Selanjutnya membahas mengenai
metode sebagai jalan yang memungkinkan sikap dasar dan konsep diri konselor dan
psikoterapis bisa diaplikasikan. Kita juga membahas metode-metode lanjutan
lainnya yang bisa menggambarkan tingkahlaku dan bisa diajarkan sebagai
keterampilan.
BAB
II
PEMBAHASAN
- TEKNIK-TEKNIK PEMBUKAAN
Tugas pertama
dalam pertemuan dengan klien adalah menumbuhkan rasa percaya. Bagian awal
buku-buku konseling dan psikoterapi menceritakan cara membina hubungan yang
akrab, kondisi saling pengertian dan nyaman. Konselor berusaha pada saat ini
menunjukkan sikap penerimaan, kehangatan dan perhatian yang mendalam pada
klien. Secara lebih baik dengan mengaplikasikan sebagai teknik. Beberapa
pengalaman konselor dalam memulai hubungan dipaparkan sebagai berikut:
1.
Salam
penerimaan
Jika konseling dilakukan disebuah
kantor, konselor menunjukkan pada klien dengan menemui klien diruangan tamu
sambil berjabat tangan. Memanggil nama klien dan mempersilahkan klien memasuki
kantor. Jika tidak dilakukan dikantor, biasanya dalam penerimaan bersifat formal dan disesuaikan dengan
kondisi budaya klien. Tingkatan sopan santun jauh diukur pada perasaan puas
diawal hubungan.
2.
Topik
Konselor memiliki variasi bagaimana
membuka pembicaraan dalam fikiran mereka. Memulai dengan suatu bahasa yang
berbudi atau basa basi mungkin lebih banyak menghasilkan kesulitan hubungan
dari pada jika klien dibiarkan mengemukakan urusan mereka sesegeranya. Ilustrasi
dari permasalahan ini merupakan suatu gambaran tentang penyesuaian konselor dan
merupakan refleksi dari gaya pribadinya.
Secara umum konseling berisi
masalah yang pribadi yang dipenuhi dengan kecemasan. Hal ini sering menyulitkan
untuk melihat masalah yang sesungguhnya secara cepat dan tepat, untuk ini
dibutuhkan kejujuran. Konselor harus bisa mengatasi ketakutan klien dan
mengendalikan dengan setting baru yang alami yaitu membuat klien merasa nyaman.
Kadang-kadang hal itu membuat klien menjelaskan sepenggal percakapan di kantor.
Klien sering merasa senang dengan jalan konvesional dimulainya hubungan. Hal ini
harus ditekan sekalipun pada pembukaannya hanya memecahkan kebekuan supaya
klien bisa memulai untuk menerima sikap terapeutik konselor. Ada banyak bahaya
bahwa hubungan akan berakhir sejalan dengan pembicaraan yang diingin, penilaian
awal.
Sebagai suatu catatan tambahan,
suatu hubungan yang efektif bisa dengan mudah pada dasar non verbal melalui
kehangatan dan persahabatan seperti kalimat “saya menunggu anda” atau “waktu
saya untuk anda” diungkapkan konselor, dan selanjutnya kemampuan menuntut klien
memulai kegiatan. Jika klien dimotivasi untuk memperoleh bantuan, konselor yang
“sedikit bicara” mungkin menunjukkan sedikit penolakan untuk kebutuhan ini.
Lebih lanjut konselor yang terlalu “sedikit berbicara” mungkin berdampak
konselor ingin melindungi klien dari situasi nyata. Secara umum, beberapa
arahan seperti “mungkin anda ingin menceritakan sesuatu sehingga anda datang
kemari?” itu lebih realistik dan sopan. Kesimpulannya penilaian pertama
sebahagian besar pada penampilan atau gaya konselor.
3.
Set
ruangan
Penentu terciptanya hubungan kerja
yang baik salah satunya dipengaruhi oleh kondisi fisik ruangan. Memang belum
ada penelitian terkait hal ini. Berdasarkan pengalaman dilapangan, ketika konselor
bekerja disamping meja, hal ini menjadi penghambat dalam berkomunikasi.
Disamping itu duduk berhadap-hadapan dengan jarak yang dekat membuat klien
merasa kurang nyaman. Karena itu konselor dianjurkan bereksperimen menciptakan
tata ruang yang efektif. Penataan ruang seperti hal yang sepele, namun hal ini
sering luput dari perhatian konselor. Sudah merupakan hal yang lazim, misalnya
bila klien tidak ditempatkan pada posisi kesumber cahaya, artinya jika
konseling menghadap ke jendela maka tirai jendela hendaklah ditutup.
Pertimbangan lain yang perlu
diperhatikan adalah mengenai jenis kursi yang akan dipakai oleh klien.
Kemungkinan hubungan baik akan tercapai bila kenyamanan kursi yang dipakai
konselor dank lien diperhatikan. Misalnya kursi berputar untuk konselor dan
kursi lurus untuk klien.
4.
Sikap
Tingkat ketenangan harus terlihat
melingkupi hubungan antara klien dengan konselor. Seorang konselor harus mampu
memberikan kesan kepada diri klien terapi yang diberikan kepadanya benar-benar
mampu menolongnya. Jembatan hati dapat tercipta dengan baik bila konselor mempu
memahami sifat dan perasaan orang lain sebaik-baiknya (tanpa terkesan
dibuat-buat). Jadi konseling ini sebenarnya “unik” karena lebih khusus dari
hubungan biasa antar manusia sehari-hari. Untuk itu seorang konselor harus
mampu menjelaskan bahwa pengobatan jiwa ini sangat penting karena proses
konseling terkait erat dengan merencanakan, menganalisa kembali, dam memahami
kepribadian seseorang.
- TEKNIK
MEMBINA HUBUNGAN YANG BERSIFAT REFLEKTIF
1.
Refleksi
perasaan
Dalam pendekan kepribadian
sebagaimana diuraikan pada bab tiga, hanya ditekankan pada pendekatan
kepribadian yang sifatnya diluar kesadaran sedangkan teknik refleksi membantu
seseorang untuk keluar dari kungkungan system yang dipakai selama ini dengan
tujuan untuk membantu klien memahami perasaannya yang terdalam. Terkadang
muncul kecendrungan dalam diri klien untuk mengingkari perasaannya sendiri
sehingga menyebabkan mereka menjadi defensif.
Teknik refleksi dalam hal ini lebih
menfokuskan kepada memahami apa yang terkandung dalam ucapan klien. Refleksi
menekankan kata ganti “Anda” pada frase “anda merasa..” dan “anda berfikir…”.
Refleksi menghangasilkan tujuan penting yang mendorong klien untuk memikirkan
gagasan dan perasaan yang mereka ungkapkan sehingga mampu mengenal kepribadian
dirinya sendiri tanpa ada pengaruh dari luar dirinya. Lebih jauh refleksi
merupakan tehknik perantara yang dapat digunakan setelah hubungan awal tercipta
dengan baik, sebelum penyampaian informasi maupun kesimpulan.
Merefleksi perasaan membutuhkan
keterampilan, namun hal tersebut dapat dipelajari dengan memahaminya dan
melatihnya. Philip and Agnew (1953) menemukan data dalam penelitian mereka
bahwa refleksi merupakan keterampilan menolong orang dapat dipelajari, biasanya
tidak digunakan dalam hubungan antar individu yang sifatnya umum, yang tidak
menjalani latihan yang bersifat klinis dan bahkan hanya bisa digunakan pada
orang dewasa yang dianggap mampu. Dengan adanya latihan keterampilan
berkomunikasi dan penekanan pada kemampuan untuk mendengarkan perasaan, maka
refleksi akan menjadi kegiatan yang bersifat harian (Allmon, 1981).
Contoh-contoh dalam modeling atau peragaan oleh konselor adalah cara yang
efektif untuk membantu klien mengungkapkan perasaannya konseling yang
dibutuhkan untuk menbantu klien dalam mengungkapkan perasaannya.
2.
Refleksi
secara alami
Refleksi perasaan diartikan sebagai
usaha konselor memparaprasekan kata-kata segar sikap dasar (tidak begitu banyak
isi) yang diekspresikan oleh klien. Konselor berusaha memantulkan sikap klien
agar dia lebih baik dalam memahami dirinya dan untuk memperlihatkan kepada
klien bahwa keadaannya betul-betul dipahami oleh konselor. Kata yang segar ditekankan karena mungkin refleksi
yang dikemukakan oleh konselor salah adalah mengungkapkan refleksi dalam
kata-kata yang baru saja digunakan klien. Dalam satu anekdot dimana konselor
mengulang hamper seluruh perkataan klien, klien menjawab “Apa salahnya dengan
cara saya mengungkapkan itu?”. Untuk itu penting menggunakan kata-kata yang
berbeda dengan menunjukkan tingkat ketertarikan konselor dan upaya memahami
klien seperti “Kamu kelihatannya ingin mengambil keputusan sementara kamu
menemukan kesulitan untuk melakukannya”. Untuk itu penting menggunakan
kata-kata yang berbeda dengan menunjukkan tingkat ketertarikan konselor dan
upaya untuk memahami klien seperti kalimat “Kamu kelihatannya seperti ingin
mengambil keputusan, semantara kamu kesulitan untuk melakukannya”.
Kata sikap ditekankan pada
pengertian dari refleksi membuat konselor menyadari bawah dia harus bisa
mengontrol perasaan tentang apa yang dibicarakan. Tidak hanya isi pembicaraan.
Terapi sering mengalir seperti sungai yang banyak riak-riak pada permukaan yang
berhubungan dengan isi. Hal itu membutuhkan keterampilan dengan mengembangkan
kepentingan sensitivitas untuk mengidentifikasi perasaan itu secepatnya dan
memantulkan kembali secepat kilat mengungkapkan seluruh kalimatnya.
Sebuah kata sebab tentang perasaan
klien tersebut kata ekspresi. Suatu kebiasaan yang bisa menimbulkan miskonsepsi
yang muncul dari penekanan perasaan diri mereka sendiri. Kesimpulan sering
menggambarkan perasaan lebih penting dari intelektual. Ekspresi perasaan
dikembangkan melalui teknik refleksi. Ekspresi dari perasaan adalah
mengemukakan ide untuk mengkonfrontasikan diri dan tidak sebuah akhir dalam
konseling.
Perasaan yang dikemukakan oleh
klien secara subjektif dan tidak merupakan suatu kepercayaan. Klien dilatih
untuk mempercayai ekpsresi perasaannya. Seseorang yang panik contohnya.
Perasaan tidak memiliki kualitas evalusai, ide-ide bagaimanpun memiliki nilai
kebenaran atau salah. Tetapi penilaian dapat dilakukan setelah perasaan diklarifikasi
yaitu berupa ide-ide dan pengalaman mendasar dari perasaan.
3.
Refleksi
dari pengalaman nonverbal
Suatu bentuk refleksi yang
diaktualisasikan dalam konseling melebihi refleksi verbal adalah refleksi
pengalaman suatu metode untuk membaca tingkah laku. Konselor
mengamati postur, gerak isyarat, suara dan mata dari klien. Refleksi konselor
bukan hanya dari ungkapan perasaan klien, tetapi juga pesan dari tingkahlaku
non verbal klien.
Refleksi pengalaman adalah teknik
mengkonfrontasikan kontradiksi dari apa yang dikatakan tentang perasaan klien
dengan apa yang diamati oleh konselor pada keseluruhan organisme klien yang
berbicara. Contohnya:
K : Kamu mengatakan kamu marah,
tapi matamu menampakkan pernyataan pada saya bahwa kamu sangat menderita.
K : Kamu mengatakan kamu mencintai
dia, tetapi setiap waktu kamu mengatakan tentang dia sebagai ikan tangkapanmu.
Konselor harus berani menyatakan
tentang persepsinya terhadap klien sebagaimana klien mengemukakan perasaannya.
4.
Berbagi
pengalaman
Aktualisasi terapi mewujudkan
hubungan antara klien dengan konselor merupakan kunci penting dalam proses
terapeutik. Hubungan ini sebagai kontinum dari tanggung jawab pribadi dengan
refleksi perasaan diawal, refleksi pengalaman di tengah dan berbagi pengalaman
dibagian akhir.
Berbagi pengalaman maksudnya adalah
kejujuran konselor membagi pengalaman kepada klien pada waktu tertentu. Oleh sebab
itu berbagi pengalaman model bagi klien
untuk menceritakan pengalamannya.
5.
Identifikasi
Perasaan
Dalam mengajarkan teknik refleksi
pada konselor baru dengan membuat daftar dari kategori perasaan manusia
sehingga membantunya mempraktekkan ekspresi perasaan. Reid dan Sneyder (1947)
menemukan variasi kemampuan konselor dalam memberi nama perasaan yang
diekspresikannya.
Secara umum perasaan dapat dibagi
atas tiga bagian yaitu positif, negatif dan ambivalen. Perasaan positif
mencakup ego-konstruktif dan aktualisasi diri, sementara perasaan secara umum
adalah ego perusak ambivalen mengacu kepada dua atau lebih perasaan yang
berlawanan yang dikemukakan dalam waktu yang sama pada objek yang sama dalam
konseling klinik. Untuk itu penting bagi konselor memunculkan kontradiksi itu
dan merefleksikan pada klien. Penting bagi klien melihat dan menemukan
pertentangan antara sikap orang yang sama, untuk ini bisa menjadi sumber
ketegangan. Salah satu tujuan konseling psikoterapi adalah mewujudkan bahwa
seseorang bisa sekaligus cinta dan benci pada orang yang sama dan pada waktu
yang sama.
Berikut daftar yang menunjukkan
contoh label-label yang menunjukkan dua kategori pertentangan kategori perasaan
positif dan negatif.
Positif
Gembira harga diri
Rasa aman cinta
Berterimakasih optimis
Rasa percaya diri kesenangan, kehangantan
Negatif
Rasa bersalah durhaka
Dendam antagonis/ jahat
Takut memberontak
Depresi menolak/ permusuhan
Konselor yang bisa mengamati dan
mengidentifikasi perasaan yang muncul akan menemukan kemudahan untuk merefleksi
perasaan. Lebih cepat dan tepat. Kemampuan untuk merasakan hal yang ada dibalik
perasaan klien tergantung dari kemampuan empati mendalam dari konselor.
6.
Kesulitan
dalam refleksi
Ada beberapa kesulitan dalam
merefleksi, yaitu:
a.
Stereotip
Kesalahan yang biasa terjadi di
dalam refleksi ketika konselor menggunakan suatu kalimat pengantar mengandung
stereotip seperti; “kamu merasa…”. Prosedur ini jika diperhatikan akan
menimbulkan perasaan dendam pada klien dan dia berusaha untuk menganalisa
proses dengan sangat kritis.
Variasi yang disarankan: gunakan
kata-kata yang bisa mengekspresikan perasaan, contoh “kamu merasa sedih
(bingung, kesal dan sebagainya jika hal itu terjadi……
“kamu pikir………..
“hal itu bagimu…….
“kalau saja saya memperolehnya, kamu merasa bahwa…….
“dengan kata lain……….
Nada suara intonasi dari variasi-variasi kata yang
diekspresikan, contoh:
Ki : Benar-benar terluka saya menyakitinya
Ko : Benar-benar terluka (ini
pengecualian pada aturan umum bukan refleksi ini).
b.
Waktu
Kesalahan lain dimana konselor
menunggu sampai klien menghentikan pembicaraan sebelum refleksi diberikan. Jika
banyak isi dan sedikit perasaan yang dikemukakan oleh klien itu tidak jadi
masalah. Sebagai sebuah konseling yang berkembang, bagaimanapun sangat banyak
perasaan yang akan muncul. Kondisi ini
kadang-kadang penting untuk menginterupsi klien guna memfokuskan dan memberikan
penekanan perasaan yang signifikan. Sebaliknya juga mudah membuat kesalahan
menginterupsi klien terlalu cepat dan melengkapi kalimat mereka.
c.
Seleksi
perasaan
Ketika Roger memperkenalkan teknik
ini diasosiasikan dengan label Regorian yaitu nondirektif. Suatu penelitian
tentang teknik ini menunjukkan bahwa konselor hanya mengulang kembali perasaan
yang dikemukakan klien, sehingga konselor tidak bersifat tidak direktif.
Penelitian mendalam tentang teknik ini menyatakan bagaimanapun konselor
melakukan pilihan dari pernyataan klien yang bagian-bagiannya ada yang sangat
besar tingkat kualitas perasaannya dan perlu diklasifikasi. Hal ini berarti
konselor merasakan dan terlibat langsung (direktif).
d.
Isi
Refleksi isi merupakan suatu
kesalahan dalam konseling dimana refleksi kembali mengulang kalimat dan kata
yang sama dengan yang dikemukakan klien. Jika konselor melakukan hal itu mereka
tidak menunjukkan pemahaman dan semata-mata mengulang secara bodoh apa yang
dikemukakan klien. Refleksi seperti ini pada umumnya lebih banyak ditolak dari
pada diterima.
Ki : saya selalu saja memikirkan
obat karena ayah saya selalu memerintah kami semua anak tentang apa yang harus
kami lakukan.
Ko : kamu selalu memikirkan karena
ayah memerintahkan kamu dan kakakmu tentang apa yang harus kamu lakukan.
Konselor yang menggunakan teknik
ini jika pertemuan pertama telah lebih dari lima menit. Konselor yang memiliki pengetahuan
dalam tehknik refleksi mungkin akan merefleksi seperti berikut:
Ko : kamu ingin pergi dari dia
semenjak kamu tidak pernah disetujuinya.
Hal ini suatu usaha dari konselor
untuk mengungkapkan agar klien mengekspersikan perasaannya yang terpendam.
Konselor tidak menilai kata-kata dari klien tetapi menilai ekspresi dari
perasaannya.
e.
Kedalamam
Konselor bisa gagal merespon dan
tidak memberikan refleksi secara akurat terhadap tingkat kedalaman ekspresi
perasaan klien. Beberapa konselor secara konsisten sangat dangkal melakukan
refleksi. Sementara konselor yang lain secara konsisten memberikan refleksi dan
interpretasi sangat mengalam, contohnya:
Ki : Saya ingin menjadi insinyur,
tetapi saya tidak dapat memacu diri saya selama empat tahun tanpa dirinya….saya
tidak bisa melakukannya…….
Ko : Kamu juga ingin menjadi
insinyur tetapi kamu ingin menikah, atau…
Ko : Kamu tidak bisa hidup tanpa
dirinya selama 4 tahu
Refleksi ini lebih mendalam dan
mungkin bisa menjadi semacam penolakan atau merubah diri klien.
f.
Makna/
arti
Penting bahwa konselor tidak
menambah atau mengurangi arti dari pernyataan klien, seperti ilusrtasi berikut:
Ki : saya hanya tidak bisa melihat
diri saya sebagai tukang hitung yang duduk dibelakang meja setiap hari.
Ko : kamu tidak berfikir bahwa kamu
menyenangi ide untuk memiliki pemasukan yang seimbang dan membuat laporan
keuntungan dan kerugian setiap hari.
Hal ini jelas bahwa klien tidak
menyatakan secara keseluruhan apa yang direfleksi oleh konselor. Konselor tidak
banyak menambah arti pada pernyataan klien. Konselor bisa melakukan refleksi
dengan cara sebagai berikut: “kamu tidak menyukai bekerja di ruangan”.
Supaya refleksi bisa akurat
sebetulnya mudah, akan tetapi sering konselor merespon menurut kerangka
berfikir dia sendiri dari pada kerangka berfikir kliennya.
g.
Bahasa
Pengalaman dalam berbagai latihan
konselor menunjukkan bahwa konselor harus selalu menggunakan bahasa yang lebih
banyak kecocokan dengan situasi. Berikut ini contoh miskinnya bahasa yang
digunakan konselor:
Ki : Saya
merasa selalu dengan gadis-gadis, saya tidak merasa berteman
Ko :
Komplek inferiority sangat aktif dalam hubungan heteroseksual
Kesalahan yang dibuat konselor
dalam refleksi ini adalah berlebihan dalam memberi interprestasi serta selalu
menonjolkan keilmuan, sehingga mengabaikan perasaan. Perlu ditekankan refleksi
haruslah akurat. Nilai keakuratan masih mendukung melanjutkan pembicaraan jika
klien mau menerima bahwa konselor berusaha menerima dirinya. Sebagai contoh
konselor mungkin berkata: “jadi kamu marah ayahmu melakukan hal ini?” klien
merespon “oh tidak saya mengaguminya untuk itu”. Sementara ketidak akuratan
dari tinjauan klien nilainya masih efektif selama klien merasa didorong untuk
mengklasifikasikasi perasaannya dan membetulkan konselor. Efeknya yang lebih
jauh adalah eksplorasi diri.
7.
Tipe-tipe
Refleksi
Ada 3 tipe refleksi yaitu:
a.
Refleksi
segera
Suatu refleksi dengan segera
mengulang kembali pernyataan klien setelah klien mengungkapkannya.
b.
Refleksi
kesimpulan
Hal ini adalah wilayah keseluruhan
perasaan. Metode refleksi kesimpulan dinyatakan dalam gambar di bawah ini:
Ki R Ki R Ki R
Refleksi
Kesimpulan
Jadi refleksi kesimpulan mengumpulkan secara
keseluruhan beberapa pernyataan perasaan yang dikemukakan klien sebelumnya.
c.
Refleksi
terminal
Teknik menyimpulkan aspek-aspek
penting dari konseling yang telah berlangsung beberapa waktu. Terminal refleksi
mungkin juga memasukan kesimpulan isi terhadap konseling yang sedang
berlangsung.
8.
Alasan-alasan
efektifitas refleksi
Alasan-alasan efektifitas refleksi
yaitu:
a.
Refleksi membantu
individu untuk mengerti dan memahami perasaannya
b.
Refleksi membantu
membahas masalah yang berkaitan dengan neurotik
c.
Refleksi menekankan
pada klien inferensi bahwa perasaan-perasaan itu yang menjadi penyebab suatu
tingkah laku
d.
Refleksi menumbuhkan
rasa tanggung jawab individu pada diri sendiri
e.
Refleksi pantas
diberikan kepada klien yang mempunyai kekuatan untuk memilih perasaan
f.
Refleksi mengklasifikasikan pemikiran klien,
sehingga bisa melihat keadaan lebih objektif
g.
Refleksi membantu klien
untuk melatih mereka mendalami motif.
- TEKNIK PENERIMAAN
1.
Dasar
dan teknik penerimaan
Ada suatu teknik yang sederhana
tentang respon dengan menggunakan kalimat pendek seperi mm…ya….. terus….,
dengan menampilkan sikap memperhatikan dan penerimaan. Hal ini digunakan secara
penuh pada tahap awal konseling agar klien dengan sepuas hati menceritakan
segala sesuatunya yang seringkali tanpa disertai dengan perasaan.
Teknik penerimaan juga ada pada
tahap akhir pada waktu klien mendalami perasaan mereka dan menggambarkan
perasaannya. Suatu pembicaraan sederhana dari sikap penerimaan konselor adalah
terus …..aman….. kamu tidak perlu malu apa yang benar-benar kamu rasakan.
Penilaian dari pernyataan itu: oh begitu….atau hmm..hmm. hal itu akan mendorong
diskusi dan mengembangkan ide sehingga proses konseling menjadi lancar.
2.
Unsur
dan teknik penerimaan
Ada 4 unsur yang diamati dalam penerimaan yaitu:
a. Tingkah
laku yang penuh perhatian secara luas diartikan dengan kontak mata
b. Ekspresi
wajah dan penampilan konselor
c. Tekanan
suara konselor
d. Jarak
dan postur tubuh
- TEKNIK PENSTRUKTURAN
1.
Dasar
dan Nilai Penstrukturan
Teknik penstrukturan adalah suatu
teknik dimana konselor menjelaskan tentang dasar, kondisi, batas dan tujuan
dari proses konseling.
Ada 3 elemen dari penstrukturan:
a.
Dinyatakan tentang
beberapa pengetahuan, peranan konselor, secara otomatis batas umum tentang
peranan klien.
b.
Penstrukturan resmi,
konselor menggunakan kalimat secara penuh untuk menjelaskan batas proses
konseling
c.
Unsur kontak yang
diuraikan pada bab terakhir
Terapeutik memberikan batasan
sebagai berikut:
1) Pembatasan
harus diberikan bersifat minimal, mempunyai kecocokan dengan pertimbangan klien
dan terapi
2) Batasan
yang diberikan tidak bersifat menghukum
3) Batasan
dalam bentuk penilaian yang baik dengan memperhatikan berbagai hal
4) Batasan
harus dstruktur pada waktu yang pantas, penstrukturan yang terlalu cepat dan
kaku bisa menganggu hubungan.
2.
Bahaya
penstrukturan yang tidak beres
Proses terapeutik adalah suatu
miniature kondisi social dimana individu bisa menggunakan kebebasan mereka,
akan tetapi mereka harus mendapatkan dorongan batas-batas dari kebebasan
tersebut. Konselor yang berbuat kesalahan dalam penstrukturan bisa tidak
disukai oleh banyak klien yan sama sekali tidak menganal apa itu konseling.
Curren memberikan tekanan,
seseorang yang bingung pada awal wawancara adalah orang yang mempunyai rasa
tanggung jawab dalam dirinya minimal memiliki rasa takut, rasa tidak aman, dll.
Kesalahan yang terus menerus dilakukan konselor dalam penstrukturan menyebabkan
klien tergantung pada konselor yang akan berlanjut sampai wawancara.
3.
Bentuk-bentuk
penstrukturan dan kontak
Baru-baru ini telah membahas
penstrukturan sebagai tehknik untuk menjelaskan batas-batas dan isi dari proses
konseling. Metode penstrukturan dilanjutkan dengan kontrak, dimana adanya suatu
persetujuan bagaimana dan kapan tujuan konseling dilaksanakan.
a.
Kontrak
Kontrak untuk menguraikan
persetujuan penstrukturan. Beberapa kontrak yang secara khusus dilakukan untuk
klien yang muda, mempunyai ciri-ciri yang resmi. Secara istemewa digariskan
tentang tanggung jawab, bonus atau sangsi, bagaimana dan siapa yang memonitor.
Kontrak mempunyai cirri khusus
bahwa mengetahui secara pasti tetang apa yang diharapkan dari mereka,
pengertian dan kesanggupan dari klien untuk melakukan hasil konseling. Suatu
kontrak kerja bisa lebih efektif ketika klien untuk menghilangkan tingkah laku
yang khusus, seperti merokok dan pantang makan.
Kunci penting dari suatu bentuk
kontrak adalah jika konselor mengetahui kapan dia atau klien bisa berhasil,
bahwa ketika klien mencapai tujuan sebagaimana yang mereka setujui. Kontrak
dititik beratkan pada suatu harapan.
b.
Batasan
Waktu
Batasan waktu adalah suatu hal yang
sangat penting di sekolah atau tempat pelayanan konseling lainnya, dalam hal
ini hanya suatu batas antara waktu yang diberikan untuk setiap wawancara.
Konselor menerangkan pada awal wawancara berapa banyak waktu yang akan
terpakai. Kita menyarankan kapan batas waktu yang dikemukakan. Jika klien
selama proses terapi berusaha sebanyak mungkin menggunakan waktu. Disarankan 5
atau 10 menit wawancara berlangsung kita menyampaikan “We have forty five minute let’s see what we can accomplish”.
Konselor dalam hal ini menunjukkan
bahwa untuk mencapai tujuan diperlukan beberapa kali kegiatan. Konselor
berhati-hati mengatakan hal itu, apalagi tidak ada komitmen yang bisa dibuat
sebagai suatu cara yang khusus. Contoh seorang konselor mungkin mengatakan
“biasanya kita secara bersama memaki waktu untuk melakukan tes dan menyimpan
data lainnya. Kemudian kita memerlukan beberapa kali kegiatan untuk membantu
anda untuk merencanakan kegiatan khusus secara keseluruhan. Hal ini, memakan
waktu sebanyak 4-5 jam untuk mencapai
tujuan kita”.
Dalam kasus yang lebih banyak
bersifat emosional konselor mungkin merasa bahwa mereka tidak ingin membuat
komitmen untuk suatu bimbingan terapi yang panjang. Penstrukturan mungkin bisa
membantu mengatasi kesalahpahaman dengan klien.
c.
Pembatasan
kegiatan
Ada juga suatu bentuk pembatasan
kegiatan, konselor tidak menyatakan secara verbal, sesuatu yang mustahil, tidak
fair, dan merupakan suatu kebodohan akan tetapi perasaan bisa tidak mungkin
mengarahkan pernyataan dalam bentuk kegiatan.
d.
Aturan
pembatasan
Dalam pendidikan industri, agama
dan medis kita menemukan konselor mempunyai dua peranan yaitu guru-konselor,
supervisor-konselor, administrastor-konselor, kepala-konselor, dokter-konselor.
Hal ini berarti bahwa orang ini mempunyai otoritas hidup diri klien.
Seorang kepala mengkonselingi
seseorang yang tidak bisa memberlakukan seseorang itu seperti yang dia inginkan
dalam bekerja. Seoran guru tidak bisa mengizinkan seorang siswa untuk menolak
pekerjaan di dalam kelas. Batasan ini ditemukan pada orang yang memiliki dua
peranan.
e.
Prosedur
dan proses pembatasan
Konseling bisa berhasil jika klien
bisa menerima dasar-dasar dari proses yang utama sekali pokok dari wawancara.
Ada beberapa hal yang penting mereka ketahui agar proses bisa dimanfaatkan
secara efektif. Igham dan Love (1954) menyarankan 6 proses dasar yang penting
disampaikan kepada klien pada awal penstrukturan.
1. ……bahwa
adalah suatu hal yang pantas dan baik untuk meneliti diri kita sendiri. Dengan
mengungkapkan masalah mereka dengan lebih cepat akan membawa kesenangan bagi
diri mereka.
2. ……lebih
baik menyelidiki dari pada menyalahkan pendapat. Konselor menekankan dia
berusaha untuk mengerti klien.
3. …..untuk
menilai emosi sebagai suatu hal yang penting, ditekankan disini emosi dan
kebebasan mereka yang menyampaikan adalah kenyataan yang penting bukan
merupakan suatu kelemahan.
4. …..secara
relative komplit bebas mengemukakan ide.
5. …..gunakan
penelitian masa lalu untuk mengembangkan pemahaman terhadap kejadian sekarang.
6. ….suatu
seri dari proses yang penting adalah tentang pandangan klien tentang dunianya
sekarang adalah sering dijelaskan dalam penstrukturan.
f.
Nilai
proses penstrukturan
Perlu ditekankan untuk hal di atas
dibutuhkan penjelasan proses nilai yang tidak dilakukan secara eksplisit. Klien
mempunyai perbedaan kebutuhan untuk memperoleh penjelasan bagaimana proses konseling
yang sebenarnya. Secara umum konselor membiarkan klien menyampaikan tentang
topik yang mereka miliki. Konselor memulai kegiatan konseling dari hal yang
diketahui klien dna membawa mereka memasuki hal yang penting dalam proses
konseling.
Pentingnya penggunaan penstrukturan
adalah berarti menguraikan proses keadaan yang meragukan pada pemberian
nasehat. Pentingnya penggunaan penstrukturan untuk menyatakan kepada klien
filosofi dari metode konseling.
4.
Batasan
Penstrukturan
Prinsip pokok dari penstrukturan
adalah untuk melanjutkan proses. Bagi beberapa klien yang membutuhkan lebih
banyak penjelasan perlu diberikan penstrukturan resmi lebih awal, sementara
untuk model yang lain penstrukturan dilakukan bila diperlukan saja.
- TEKNIK LISTENING (MENDENGAR)
Mendengarkan adalah proses aktif menghadiri dengan
sedikit atau tanpa verbal. Ini mungkin tampak aneh, di pertama untuk memberikan
keunggulan untuk mendengarkan sebagai suatu teknik konseling. Namun, semua
sistem keterampilan membantu memberi mendengarkan adalah tempat yang menonjol.
Ini adalah keyakinan kami bahwa mendengarkan terapeutik adalah teknik bahwa mus
dipelajari. Konselor awal sering merasa bahwa ketika jeda panjang mereka tidak
melakukan cukup untuk klien. Campuran yang tepat dari konselor respon dan
mendengarkan adalah salah satu perilaku konselor yang paling sulit untuk
belajar.
1.
Makna dan penanganan keheningan klien
Dalam mengevaluasi signifikansi jeda, waktu
kejadian dan apakah itu diprakarsai oleh klien atau konselor yang signifikan.
Intitated lama jeda oleh klien pada awal wawancara awal menyampaikan arti yang
berbeda untuk konselor dari satu terjadi kemudian dalam proses. Jeda yang
dibuat oleh klien pada awal wawancara mungkin mencerminkan rasa malu atau
perlawanan. Pada berlangsung konseling, keheningan secara bertahap datang
sebagai media komunikatif bersemangat untuk dukungan, ekspresi emosi dan
pikiran.
Selain itu, harus ditekankan bahwa wawancara
konseling dicirikan oleh jeda dari berbagai panjang dari beberapa detik hingga
beberapa menit. Sulit untuk menilai makna dari semua jeda dan tidak dalam usaha
di sini untuk Katalog kemungkinan ini. Berikut ditawarkan hanya sebagai saran
untuk menafsirkan dan penanganan wawancara keheningan yang diprakarsai oleh
konselor atau klien.
Setiap diskusi tentang keheningan memerlukan bahwa
pengakuan diberikan kepada dua jenis: negatif atau menolak, dan positif dan
menerima. Makna kedua keheningan adalah bahwa klien atau konselor telah reaced
akhir ide dan hanya wondering what katakan selanjutnya. Arti yang ketiga
keheningan adalah resistensi termotivasi permusuhan atau kecemasan yang
memotivasi embrrassment. Berhenti dengan keempat berarti mungkin sinyal bahwa
klien mengalami beberapa perasaan menyakitkan khususnya yang dia atau dia tidak
siap untuk verbalisasi.
Arti kelima keheningan mungkin diberi label sebagai
"antisipatif" dimana klien berhenti mengharapkan sesuatu dari
konselor beberapa kepastian, informasi, atau interpretasi. Arti keenam klien
berhenti adalah bahwa mereka mungkin thingking atas apa yang telah mereka
katakan. Akhirnya, jeda mungkin berarti bahwa klien hanya pulih dari kelelahan
ekspresi emosional yang sebelumnya.
2.
Nilai-nilai konselor mendengarkan
Ini adalah salah satu asumsi dasar kami bahwa
mendengarkan jenis positif dan menerima adalah teknik konseling yang paling
menjanjikan. Konselor keheningan memaksa klien untuk berbicara. Nilai yang
kedua, menekankan dari penelitian dengan teknik Rorschard, menunjukkan bahwa
introversive orang mungkin individu sangat kreatif, dengan kehidupan batin yang
kaya. Mereka harus tidak perlu dilihat sebagai orang-orang yang lebih rendah
daripada individu ekstrover lebih sosial dihargai. Dalam konseling. Klien
menemukan bahwa mereka dapat diam dan masih disukai. Mungkin itu adalah
penerimaan ini keheningan di klien yang memberikan kurang mengartikulasikan
orang perasaan yang layak dan dengan demikian membantu orang untuk menerima
diri mereka sendiri untuk apa yang mereka.
Nilai-nilai konselor mendengarkan ketiga adalah
bahwa, setelah yang signifikan ekspresi perasaan, klien diperbolehkan untuk
berpikir dan untuk datang dengan kesadaran yang mendalam. Nilai keempat
konselor mendengarkan adalah bahwa mengurangi kecepatan wawancara. Sering
konselor Indra bahwa klien bergegas, atau bahwa konselor merasa dipaksa untuk
mendorong keras.
3.
Kesulitan dalam menggunakan teknik
mendengarkan
Dalam pelatihan konseling psikolog, kami telah
menemukan bahwa ia telah diperlukan untuk mengajarkan toleransi keheningan
klien tanpa rasa malu. Belum dicoba terapis menit keheningan tampaknya seperti
satu jam. Menggunakan teknik mendengarkan tidak berarti menjadi pasif atau
uncommunicative, namun.
Salah satu aspek yang paling sulit menggunakan
teknik mendengarkan adalah menjaga diam ketika klien untuk berbicara. Sebagian
besar dari klien bicara, namun, ini tidak selalu indikator hubungan kerja yang
lebih efektif.
Hubungan antara rasio wawasan dan
bicara dalam studi di atas yang dapat disimpulkan; Meskipun, dengan studi
keterampilan wawancara, wawasan cenderung dikaitkan dengan frekuensi rendah
klien bicara. Dengan kata lain, ketika konselor menjelaskan hal-hal dalam
belajar keterampilan wawancara, klien rupanya mendapat masalah, Garners dan
Robinson menemukan bahwa itu bukan jumlah klien per se bicara yang berkaitan
dengan kesadaran, tapi agak relatif jumlah klien bicara dalam kerangka dari
gaya konseling tertentu. Dengan kata lain, tetap diam dan hanya mendapatkan
klien untuk berbicara lebih banyak tidak akan selalu mengarah ke kesadaran yang
lebih besar. Seorang konselor dapat berbicara dengan banyak atau terlalu
sedikit di waktu yang salah.
- TEKNIK LEADING
1.
Prinsip
umum dan nilai dari lead
Istilah leading digunakan dalam dua
arti. Penggunaan pertama merujuk kepada keleluasaan konselor di depan dan di
belakang pemikiran klien, dan meningkatkan peranan konselor untuk mengarahkan
pemikiran atau mendorong klien kedalam ucapan konselor (Charness: 1949).
Nilai dari leading adalah supaya
konselor menaham atau mendelegasikan sejumalah tanggung jawab untuk
membicarakan konselor-klien dan untuk lebih membangkitkan respon klien.
2.
Menggunakan
lead
Ada tiga fungsi dari leading yang
dianjurkan. Sautu prinsip pada lead adalah klien mampu bertoleran pada tingkat
kesanggupan dan pengertian. Materi lama yang cukup harus disebut untuk
membentuk jalan pengertian pada ide baru berikutnya. Robinson (1950)
menggunakan analogi jenjang untuk menunjukkan bahwa konselor tidak lebih dari
perjalanan masa depan klien. Dengan cara yang sama lead yang terlalu kecil
dapat menggunakan intervieu.
- TEKNIK REASURANCE DAN SUGESTI
1.
Nature
and Value of reassurance
Salah satu teknik hubungan yang
luas penggunaannya untuk memberikan dorongan adalah reassurance (penentraman
hati). Penentraman hati secara esensial adalah bentuk ganjaran yang efeknya
memperkuat perilaku dan membangun ganjaran yang akan datang. Konselor secara
langsung menyarankan bahwa “anda adalah seorang yang sanggup, anda konsisten”,
anda pantas”, “anda dapat berorganisasi”.
Nilai penentraman hati yang kedua
berarti cara-cara untuk mengurangi kegelisahan dan ketidaknyamanan secara
langsung. Nilai penentram hati yang ketiga adalah memperkuat pola perilaku yang
baru
2.
Menggunakan
metode reassurance
Persetujuan atau ucapan dengan
diam-diam adalah salah satu dari penerimaan hati. Tujuan yang demikian adalah
untuk memberikan rasa aman berkenaan dengan ide-ide atau perasaan-perasaan yang
diekspresikan. Persetujuan yang diucapkan klien cendrung untuk lebih memperkuat
hal itu, sebagai contoh:
Ci: kelihatannya orang marah kalau
dikritik atau dengan mengatakan mereka salah
C : memang benar itu juga observasi
yang menarik dan peran yang baik tentang kepribadian.
Teknik ini memerlukan dukungan,
kalau tidak berbahaya, karena klien merasa posisinya tidak berubah tanpa
kesalahan. Jadi tehknik persetujuan cendrung untuk orang yang nasibnya akibat
cara berfikir yang kaku.
3.
Penggunaan
Metode Sugesti (usul/saran)
Saran/usul adalah alat penyokong
yang sangat baik dugunkan dalam konteks menolong hubungan. Kita belum mengenal
saran/ usul yang diberikan dalam cara-cara halus dalam setiap waktu. Ketika
konselor memberikan saran atau usulan, disesuaikan dengan kondisi klien, yang
tujuannya adalah untuk mengajar klien lebih kreatif, sehingga mereka dapat
melakukan self suggestion atau auto suggestion terhadap inisiatifnya. Metoda
sarana terkenal potensial untuk menolong klien agar berfungsi pada tingkat
keefektifan dan kesenangan (Barber, Spanos and Chaves: 1976).
4.
Keterbatasan
dan perhatian
Keterbatasan reassurance disebutkan
dalam paragraph berikut dengan memperkenalkan kepada siswa fakta-fakta reassurance
adalah pedang bermata dua dalam banyak cara. Ia dapat menolong bila digunakan
sebagaimana mestinya dan sangat mengganggu bila digunakan sembarangan.
Reassurance adalah teknik yang mudah mendapatkan kritikan. Reassurance
digunakan secara sederhana dalam pendekatan yang segala sesuatu akan keluar
dengan meyakinkan. Reassurance dapat diinterprestasikan oleh orang
bermacam-macam gangguan, seperti simpati yang dibuat-buat dan bermuka dua,
reassurance mempunyai pertanggungjawaban untuk memperkembangkan hubungan klien
dengan konselor.
- KETERAMPILAN UNTUK MENGAKHIRI
KONSELING
1.
Mengakhiri
unit sebuah diskusi
Sebuah unit diskusi dapat ditutup
dengen refleksi ringkas yang digambarkan pertama, dimana konselor bersama-sama
dalam keadaan bingun terhadap beberapa ide yang berhubungan. Keuntungan dari
ringkasan ini adalah untuk memberikan rasa mengakhiri dan kemajuan terhadap
klien. Kemudian secara umum klien beralih ketopik yang lain.
2.
Mengakhiri
Intervieu
Literatur konseling sedikit sekali
membahas cara yang alami mengakhiri konseling. Pada awalnya konselor melaporkan
kesulitan mereka dalam mengakhiri konseling. Berikut ini beberapa cara untuk
mengakhiri konseling yang lebih jujur dan alami:
a. Merujuk
pada waktu
b. Menyimpulkan
BAB
III
KESIMPULAN
Dalam
pembahasan strategi dan metoda membina hubungan
dalam konseling terdapat banyak jabaran yang semuanya diharapkan harus di
aplikasikan dalam konseling terdapat klien, Akan tetapi keberhasilan dari suatu
konseling akan lebih bagus, apabila kemampuan konselor untuk mengembangkan
teknik tersebut di optimalkan agar sesuai dengan pandangan dan kepribadian
mereka dan perkiraan tentang kebutuhan klien serta agar klien mendapatkan
pelayanan yang tepat. Pada akhirnya teknik digunakan sebagai media utama untuk
memberikan makna hubungan dengan manusia.
Strategi dan metoda membina hubungan
dalam konseling tahapannya adalah teknik-teknik pembukaan, teknik membina
hubungan yang bersifat reflektif, teknik penerimaan, teknik penstrukturan, teknik
listening (mendengar), teknik leading, teknik reasurance dan sugesti, keterampilan
untuk mengakhiri konseling
DAFTAR PUSTAKA
Brammer, L.M & Shostrom, E.L. 1982.
Therapeutic Psikology Fundamentals of Counseling and Psychotherapy, New
Jersey: Prentice-Hall.Inc.