PERSPEKTIF SOCIAL LEARNING THEORY
DARI KRUMBOLTZ
v Konsep Dasar
Jika kita bicara mengenai bimbingan karir melalui
pendekatan pemilihan karir dengan teori belajar sosial yang dikemukakan oleh
Krumboltz, Mitchell dan Gelatt. Maka kita harus melihat terlebih dahulu konsep
dasar dan latar belakang dari teori belajar sosial itu sendiri, yang
dikemukakan oleh Albert Bandura yang telah memperoleh penghargaan APA (American
Psychological Award) pada tahun 2004, atas kontribusinya dalam disiplin ilmu
psikologi.
Bandura memandang bahwa kepribadian harus memperhitungkan konteks sosial dimana tingkah laku itu diperoleh dan dipelihara. Teori belajar sosial dari Bandura ini didasarkan pada konsep saling menentukan (reciprocal determinism), tanpa penguatan (beyond reinforcement), dan pengaturan diri sendiri/berfikir (self regulation/cognition).
Bandura memandang bahwa kepribadian harus memperhitungkan konteks sosial dimana tingkah laku itu diperoleh dan dipelihara. Teori belajar sosial dari Bandura ini didasarkan pada konsep saling menentukan (reciprocal determinism), tanpa penguatan (beyond reinforcement), dan pengaturan diri sendiri/berfikir (self regulation/cognition).
1.
Determinis resiprokal ini menjelaskan bahwa tingkah
laku manusia dalam bentuk interaksi timbal-balik yang terus menerus antara
determinan kognitif, behavioral dan lingkungan.
2.
Tanpa reinforcement ini Bandura memandang teori
Skinner dan Hull terlalu bergantung pada reinforcemen, sehingga jika setiap
unit respon sosial yang komplek harus diberi reinforce satu persatu, bisa jadi
individu tidak belajar apapun. Maka Bandura memandang individu belajar lewat
observasi dan tingkah laku ditentukan oleh antisipasi konsekuensi.
3.
Kognisi dan regulasi diri, konsep ini mengtakan bahwa
individu memiliki kemampuan untuk mengtur diri sendiri, mempengaruhi tingkah
laku dengan cara mengobservasi lingkungan dan berfikir secara komprehensif.
v Formulasi
Albert Bandura, Reciprocal Determinism
Maka dengan adanya konsep saling
menentukan yaitu resiprocal determinism, individu bertingkah laku akan
bergantung pada resiprokal antara lingkungan dengan kondisi personal (kognitif,
afektif, biological events), yang berujung kepada faktor kognitif pada keyakinan
dan pengharapan bahwa dia mampu atau tidak mampu dalam suatu aktifitas atau
pekerjaan. Bandura menyebut keyakinan dan pengharapan ini dengan efikasi diri (self
effication) dan ekspektasi hasil (outcome expectations).
Menurut Bandura sumber dari efikasi diri ini yaitu:
Menurut Bandura sumber dari efikasi diri ini yaitu:
1.
Mastery Experience (pengalaman yang telah
dikuasai/pengalaman performansi), hal ini berkaitan akan keberhasilan dan
pengalaman individu dalam suatu kegiatan dan aktifitas, yang menunjang
aktifitasnya kedepan.
2.
Vicarious Experience (pengalaman yang disubtitusikan),
hal ini berkaitan akan pengalaman individu dalam mengamati aksi atau tindakan
orang lain sebagai modelnya. Semakin tinggi pengaruh sumber ini jika individu
tersebut menganggap orang lain tersebut memiliki kesamaan dengannya.
3.
Social Persuasions (persuasi sosial), hal ini
berkaitan dengan pesan sosial yang diperoleh individu dari orang yang berada di
lingkungannya.
4.
Psychological States (kondisi psikologis), hal ini
berkaitan tentang keadaan emosi individu seperti stress, anxiety (ketakutan)
serta kondisi mood.
Maka menurut Bandura (dalam Al Wisol hal. 363), sumber pengontrol tingkah laku adalah resiprokal antara lingkungan, tingkah laku dan kognitif yang berhubungan dengan pribadi yang terbentuk dari sumber efikasi diri di atas. Yang tentunya akan mengarahkan individu kepada kecendrungan aktifitas mana yang akan di lakukannya dalam kehidupan sosialnya.
Maka menurut Bandura (dalam Al Wisol hal. 363), sumber pengontrol tingkah laku adalah resiprokal antara lingkungan, tingkah laku dan kognitif yang berhubungan dengan pribadi yang terbentuk dari sumber efikasi diri di atas. Yang tentunya akan mengarahkan individu kepada kecendrungan aktifitas mana yang akan di lakukannya dalam kehidupan sosialnya.
Berdasarkan perspektif teori di atas
tersebut Krumboltz, Mitchell dan Gelatt mengembangkan teori tersebut dalam
konseling karir serta menjadi pendekatan dalam membuat pemilihan dan penentuan
karir.
Pemilihan
Karir Dengan Pendekatan Teori Belajar Sosial Dari Krumboltz
Pendekatan perspektif teori belajar sosial untuk pemilihan karir yang dikemukakan oleh John D. Krumboltz dkk, berdasarkan teori belajar sosial yang di susun oleh Albert Bandura (1969) yang memiliki peran tentang pengalaman vikarius, pengalaman performansi, regulasi diri, serta adanya resiprocal determinism yang memainkan peran dalam penentuan perilaku, antara personal,environment dan behavior.
Dasar dari teori pemilihan karir dari Krumboltz ini memandang bahwa manusia memilih karirnya sebagai hasil dari pengalaman dan pengaruh yang di miliki dalam hidupnya. Pengalaman dan pengaruh ini termasuk orang tua, guru, hobi atau ketertarikkan yang menggerakkan individu untuk mengenal serta mengeksplorasi pekerjaan yang diasosiasikan dengan elemen dalam hidupnya.
Pendekatan perspektif teori belajar sosial untuk pemilihan karir yang dikemukakan oleh John D. Krumboltz dkk, berdasarkan teori belajar sosial yang di susun oleh Albert Bandura (1969) yang memiliki peran tentang pengalaman vikarius, pengalaman performansi, regulasi diri, serta adanya resiprocal determinism yang memainkan peran dalam penentuan perilaku, antara personal,environment dan behavior.
Dasar dari teori pemilihan karir dari Krumboltz ini memandang bahwa manusia memilih karirnya sebagai hasil dari pengalaman dan pengaruh yang di miliki dalam hidupnya. Pengalaman dan pengaruh ini termasuk orang tua, guru, hobi atau ketertarikkan yang menggerakkan individu untuk mengenal serta mengeksplorasi pekerjaan yang diasosiasikan dengan elemen dalam hidupnya.
Pada awalnya Krumboltz, Mitchell dan
Gelatt (1975) menyusun pendekatan ini sampai pada tahun 1994 Krumboltz melanjutkan
pendekatan ini. Menurut pandangan mereka teori belajar sosial dalam penentuan
pilihan merupakan hasil perkembangan secara umum dari perilaku belajar sosial,
yang di ajukan oleh Bandura. Teori ini berasumsi bahwa kepribadian dan perilaku
yang dimiliki seseorang timbul dari pengalaman belajar yang unik. Pengalaman
belajar ini terdiri dari kontak antara analisis kognitif yang positif dan
even-even yang menguatkan secara negatif (Mitchell & Krumboltz, 1984b, hal.
235).
Pengalaman belajar yang terdiri dari pengaruh kognitif yang positif dimaksudkan adalah faktor-faktor berikut:
Pengalaman belajar yang terdiri dari pengaruh kognitif yang positif dimaksudkan adalah faktor-faktor berikut:
1. Atribut
pembawaan, seperti ras, gender hal lainnya serta kemampuan bawaan seperti
keterampilan, keintelektualan serta perilaku.
2. Kondisi
lingkungan sosial, seperti kehidupan sosial, pengalaman individu dalam kerja,
pelatihan, kebijakan sosial serta pengalaman kerja dari orang lain, yang
mempengaruhi pemilihan kerja.
3. Pengalaman
belajar di masa lalu, dibagi menjadi 2 tipe yaitu pengalaman belajar asosasi
yang mana individu mengamati keterkaitan antara kejadian da mampu untuk
memprediksi segala kemungkinan. Pengalaman belajar secara aplikasi, individu
mampu mengaplikasikan di lingkungan secara langsung dengan hasil yang dapat
diobservasi.
4. Skill dalam
pendekatan tugas, berkaitan skill individu dalam melaksanakan tugas baru,
melalui pengalaman bahwasanya seperti pemecahan masalah, skill, kebiasaan
kerja, mental set, respon emosional serta proses kognitif.
Dari 4 faktor-faktor di atas
menyebabkan pengaruh primer yang sangat penting dalam penentuan karir individu yaitu:
1.
Self observation generalizations (SOG’s), hal ini
merupakan penggambaran bahwa belajar individu berdasarkan pada pengalaman
hidupnya yang diperoleh lewat vikarius even atau pengalaman pribadi.
2.
Worldview generalizations, melihat gambaran lingkungan
secara umum dan percaya bagaimana dunia berfungsi, meniru lingkungan dan
menginterpretasikan
3.
Task approach skill (TAS’s), kemampuan kognitif dan
performa serta kemampuan untuk menyatu dengan lingkungan serta
menginterpretasikan hal tersebut kepada pengamatan diri sendiri, kaitannya
dengan pemilihan karir adalah adanya skill akan perencanaan, pencarian
informasi, estimasi serta mempertimbangkan nilai kerja.
4.
Tindakan yang ditampakkan, hal yang ditampakkan itu
sangat spesifik, yang berhubungan dengan perilaku dalam pemilihan kerja yang
sebabkan pengamatan diri sendiri, penggeneralisasian serta pendekatan skill
dalam tugas di atas tadi, seperti nantinya individu akan mengetahui kerja yang
spesifik dengan skillnya. Atau bisa disebut, kemajuan dalam karir seperti
menerima kerja yang spesific.
Maka 4 pengaruh primer pada diri
individu di atas merupakan hasil dari 4 faktor sebelumnya, oleh karena itu
meningkatnya derajat spesikasi dari 4 faktor tersebut, Maka individu mampu
memperlihatkan kemampuannya jika dia telah diperkuat untuk melaksanakan
aktivitas dengan performa yang sukses.
Sedangkan yang disebut pengaruh even negatif sebelumnya adalah dianggap tidak mampu dalam bekerja bahkan menolak suatu aktifitas jika mereka telah dihukum dalam melaksanakan aktifitas tersebut, atau telah melihat orang lain yang dihukum ketika melakukan aktifitas tadi. Maka secara positif dipengaruhi oleh nilai seseorang yang negatif terhadap suatu aktifitas atau telah dipengaruhi oleh kata-kata yang dikaitkan dengan aktifitas tadi.
Oleh karena itu, teori belajar sosial dalam menentukan pilihan kerja menjelaskan mengenai pilihan karir yang sebenarnya, dan teori mengenai belajar dalam pemilihan karir juga menggambarkan apa yang bisa dilakukan konselor untuk membantu klien mereka menyelesaikan dilema kerja klien tersebut.
Mitchell dan Krumboltz (1984, 1990, 1996) telah mendiskusikan inventori penelitiannya secara komprehensif hampir 2 dekade yang menghadirkan bukti-bukti yang bisa diakui untuk membantu proses pemilihan karir lewat teori belajar sosial, maka dengan hal tersebut membantu hipotesis yang bisa di generalisasikan kepada teori konseling karir.
Di tahun 1994, Krumboltz memperkenalkan proposisi yang di ambil dari teori, yang termasuk adalah:
Sedangkan yang disebut pengaruh even negatif sebelumnya adalah dianggap tidak mampu dalam bekerja bahkan menolak suatu aktifitas jika mereka telah dihukum dalam melaksanakan aktifitas tersebut, atau telah melihat orang lain yang dihukum ketika melakukan aktifitas tadi. Maka secara positif dipengaruhi oleh nilai seseorang yang negatif terhadap suatu aktifitas atau telah dipengaruhi oleh kata-kata yang dikaitkan dengan aktifitas tadi.
Oleh karena itu, teori belajar sosial dalam menentukan pilihan kerja menjelaskan mengenai pilihan karir yang sebenarnya, dan teori mengenai belajar dalam pemilihan karir juga menggambarkan apa yang bisa dilakukan konselor untuk membantu klien mereka menyelesaikan dilema kerja klien tersebut.
Mitchell dan Krumboltz (1984, 1990, 1996) telah mendiskusikan inventori penelitiannya secara komprehensif hampir 2 dekade yang menghadirkan bukti-bukti yang bisa diakui untuk membantu proses pemilihan karir lewat teori belajar sosial, maka dengan hal tersebut membantu hipotesis yang bisa di generalisasikan kepada teori konseling karir.
Di tahun 1994, Krumboltz memperkenalkan proposisi yang di ambil dari teori, yang termasuk adalah:
Ø Orang akan menerima pekerjaan bila:
1.
Mereka telah sukses pada tugas yang mereka percaya
seperti performa anggota dalam pekerjaan tadi.
2.
Mereka telah mengobservasi model yang berarti yang
telah diperkuat untuk aktifitas yang dilaksanakan oleh anggota yang bekerja.
3.
Penekanan yang relatif kepada teman berguna untuk
mereka, mereka juga mengamati kata-kata positif dan gambaran yang diasosiasikan
dengan hal tersebut.
Ø Proposisi yang berlawanan bila:
1. Mereka gagal
pada tugas yang mereka percaya bisa yang sama dengan tugas yang dilaksanakan
oleh orang-orang dalam pekerjaan.
2. Mereka telah
mengobservasi model memiliki makna baginya yang mendapatkan hukuman atau tidak
diacuhkan dalam melaksanakan aktifitas dalam pekerjaan.
3. Telah
mengamati teman yang tidak menguntungkan baginya serta telah dipengaruhi
kata-kata dan image yang diasosiasikan dengan kerjanya.
Diantara banyaknya aplikasi praktis
dari kerja Krumboltz (1983) adalah adanya aturan pembuatan pilihan dan
bagaimana hal ini bisa mempengaruhi kepercayaan yang tidak rasional. Seperti
Krumboltz telah memperkenalkan masalah yang timbul dari observasi diri,
generalisasi yang salah serta ketidak akuratan interpretasi kondisi lingkungan.Maka masalah ini diantaranya:
1.
Individu mungkin tidak dapat mengakui bahwa masalah
yang dihadapinya dapat diatasi (mereka berasumsi bahwa sebagian besar masalah
merupakan bagian dari kehidupan yang normal dan tidak dapat diatasi).
2.
Individu mungkin tidak dapat melakukan upaya yang dibutuhkan
untuk membuat keputusan atau memecahkan masalah (mereka tidak banyak berusaha
mengeksplorasialternatif).
3.
Individu mungkin tidak menyadari adanya alternative
yang memuaskan (mereka melakukan overgeneralisasi asumsi yang salah).
4.
Individu mungkin memilih alternative yang buruk atau
alas an yang tidak tepat (individu tidak mampu mengevaluasi karir secara
realistic karena keyakinan yang salah dan ekspektasi yang tidak relistik).
5.
Individu mungkin mengalami kekecewaan dan kecemasan
akibat persepsi bahwa mereka tidak dapat mencapai tujuan yang diinginkannya
(tujuannya mungkin tidak realistik atau konflik dengan tujuan lain).
Oleh karena itu seorang konselor harus mengenal dan menelusuri masalah ini dan menganalisa hal tersebut dalam melakukan konseling karir.
Oleh karena itu seorang konselor harus mengenal dan menelusuri masalah ini dan menganalisa hal tersebut dalam melakukan konseling karir.
Krumboltz mengatakan bahwa secara potensial penyebab
kesusahan dalam membuat pemilihan karir yang bersumber dari penggeneralisasian
yang salah, pembandingan diri dengan satu orang, perkiraan yang
dilebih-lebihkan dalam hasil dampak emosional, menggambarkan hubungan sebab
akibat yang salah, ketidak acuhan dalam hubungan fakta dan memberikan
kecendrungan yang tak pantas kepada even yang probabilitas lemah. Maka
Krumboltz percaya bahwa beberapa dari hal ini berhubungan kepada fakta
kesusahan dalam menentukan pemilihan karir.
Maka peranan konselor adalah menelusuri asumsi-asumsi dan keyakinan individu dan mengeksplorasi alternatif keyakinan dan tindakan yang perlu dilakukan. Membantu individu memahami sepenuhnya validitas keyakinan individu merupakan komponen utama model social-learning.
Maka peranan konselor adalah menelusuri asumsi-asumsi dan keyakinan individu dan mengeksplorasi alternatif keyakinan dan tindakan yang perlu dilakukan. Membantu individu memahami sepenuhnya validitas keyakinan individu merupakan komponen utama model social-learning.
Aplikasi Dalam Bimbingan Konseling Karir
Krumboltz dan Baker (1973) mengidentifikasi beberapa langkah yang terlibat dalam konseling karir yaitu:
Krumboltz dan Baker (1973) mengidentifikasi beberapa langkah yang terlibat dalam konseling karir yaitu:
1.
Menjelaskan masalah dan tujuan
2.
Mengidentifikasi bermacam solusi
3.
Mengumpulkan informasi tentang masalah yang telah
dikenali
4.
Menguji kemungkinan hasil dari pilihan yang beragam
5.
Mengevaluasi ulang tujuan, menentukan
6.
Menyamaratakan semua proses kepada masalah yang baru
Masalah karir klien sering berhubungan kepada ketidakmampuan individu untuk membuat pemilihan yang berhubungan dengan apa yang dibutuhkan dalam karirnya (Krumboltz and Thoresen, 1969). Crites (1981) memberikan beberapa point mengenai masalah klien yang berhubungan dalam konseling karir yang termasuk dalamnya beberapa kombinasi yaitu:
Masalah karir klien sering berhubungan kepada ketidakmampuan individu untuk membuat pemilihan yang berhubungan dengan apa yang dibutuhkan dalam karirnya (Krumboltz and Thoresen, 1969). Crites (1981) memberikan beberapa point mengenai masalah klien yang berhubungan dalam konseling karir yang termasuk dalamnya beberapa kombinasi yaitu:
a)
Ketidakjelasan tujuan
b)
Adanya penghalang dalam aktifitas
c)
Adanya ketakutan akan kemungkinan kegagalan
d)
Konflik dalam pilihan
Keempat point ini adalah diantaranya
item dalam Skala Pilihan Karir (Osipow, Carney, Win;er, Yanico and Koschier,
1976; Osipow, 1980), sebagai instrument yang didesain untuk mengukur
kebimbangan karir terdahulu dengan differential-diagnosis-treatment.
Status dan Kegunaan Teori Krumboltz (Krumboltz, 1996; Mitchell & Krumboltz, 1996) hanya menarik perhatian sebagian kecil peneliti dan praktisi meskipun banyak yang merekomendasikannya. Teori ini cukup atraktif sebagai dasar konseling karir. dia menolak gagasan tradisional bahwa tujuan konseling karir adalah untuk memilih pekerjaan berdasarkan karakter personal pembuat keputusan. Tetapi, dia menyarankan bahwa tujuannya adalah untuk memfasilitasi perolehan pengetahuan tentang diri dan skill yang dibutuhkan untuk menangani dunia yang selalu berubah yang dipenuhi dengan ketidakpastian. Dia mengembangkan Career Belief’s Inventory (Krumboltz, 1991) dan buku catatan yang menyertainya (Levin, Krumboltz, & Krumboltz, 1995) untuk membantu pembaca mengidentifikasi keyakinan mereka dan memadukannya dengan minat mereka. Menurut Krumboltz, Individu yang tidak belajar untuk mengambil keuntungan dalam kesempatan pembelajaran yang diberikan kepada mereka dalam pelatihan dasar berkelanjutan cenderung untuk membuat keputusan tidak bagus. Yang paling penting, konseling karir harus menyiapkan klien untuk mengenali dan mengambil keuntungan dari kesempatan pembelajaran yang diberikan pada mereka. Konseling karir harus dilakukan dengan empat pertimbangan.
Status dan Kegunaan Teori Krumboltz (Krumboltz, 1996; Mitchell & Krumboltz, 1996) hanya menarik perhatian sebagian kecil peneliti dan praktisi meskipun banyak yang merekomendasikannya. Teori ini cukup atraktif sebagai dasar konseling karir. dia menolak gagasan tradisional bahwa tujuan konseling karir adalah untuk memilih pekerjaan berdasarkan karakter personal pembuat keputusan. Tetapi, dia menyarankan bahwa tujuannya adalah untuk memfasilitasi perolehan pengetahuan tentang diri dan skill yang dibutuhkan untuk menangani dunia yang selalu berubah yang dipenuhi dengan ketidakpastian. Dia mengembangkan Career Belief’s Inventory (Krumboltz, 1991) dan buku catatan yang menyertainya (Levin, Krumboltz, & Krumboltz, 1995) untuk membantu pembaca mengidentifikasi keyakinan mereka dan memadukannya dengan minat mereka. Menurut Krumboltz, Individu yang tidak belajar untuk mengambil keuntungan dalam kesempatan pembelajaran yang diberikan kepada mereka dalam pelatihan dasar berkelanjutan cenderung untuk membuat keputusan tidak bagus. Yang paling penting, konseling karir harus menyiapkan klien untuk mengenali dan mengambil keuntungan dari kesempatan pembelajaran yang diberikan pada mereka. Konseling karir harus dilakukan dengan empat pertimbangan.
1.
Para klien harus siap untuk mengembangkan pengetahuan
dan keahlian mereka dibandingkan keadaan mereka ketika pertama kali mereka
masuk proses konseling. Konselor karir harus membantu klien untuk memetakan
status mereka dan memberikan garis besar rencana untuk perubahan dan
pengembangan. Dengan adanya rencana untuk berubah. Para klien mengembangkan
struktur perkembangan kesempatan mereka.
2.
Para klien harus siap dengan sebuah kondisi umum pekerjaan
yang sedang berubah.
3.
Meskipun diagnosa permasalahan pengembangan karir saat
ini adalah sebuah langkah dalam proses konseling karir, hal ini tidak cukup.
Para klien harus didorong untuk menghadapi tekanan dunia yang selalu berubah.
4.
Para konselor karir harus lebih fokus dan membantu
klien menangani serangkaian masalah pekerjaan yang meeka hadapi. Klien harus
memahami nilai dan hal yang memuaskan mereka. Mereka harus meraih kontrol hidup
mereka, untuk mampu menangani permasalahan di tempat kerja, termasuk bagaimana
maju di tempat kerja dan rencana untuk berhenti.
Krumboltz et. al juga memberikan beberapa observasi
untuk konseling karir sebagai berikut:
1. Pembuatan
keputusan karir merupakan keterampilan yang dipelajari.
2. Individu
yang mengaku telah melakukan pilihan karir memerlukan bantuan juga (pilihan
karirnya mungkin telah dilakukan berdasarkan informasi yang tidak akurat dan
alternatif yang keliru).
3. Keberhasilan
diukur berdasarkan keterampilan yang telah ditunjukkan mahasiswa dalam membuat
keputusan (diperlukan evaluasi terhadap keterampilan membuat keputusan).
4. Klien
berasal dari berbagai macam kelompok.
5. Klien tidak
usah merasa bersalah jika mereka tidak yakin tentang karir apa yang harus
dimasukinya.
Pada akhirnya Krumboltz, mengatakan
adanya metode untuk mengidentifikasi akan kepercayaan pribadi dan
pengidentifikasian stress. Yang terdiri dari diantaranya (Krumboltz, 1983; Mitchell &
Krumboltz, 1984):
1.
Asesmen terhadap isi dari observasi diri klien dan
pandangannya terhadap lingkungan
2.
Simulasi pemilihan karir
3.
Wawancara terstruktur
4.
Career Thought Inventory (CTI) (Sampson, Peterson,
Lenz, Reardon, & Saunders, 1996), dikembangkan untuk mendiagnosa berbagai
macam aspek permasalahan pengambilan keputusan karir. CTI ini membantu dalam
model Career Informations-Processing (CIP) yang pertama kali dipublikasikan
tahun 1991 (Peterson, Sampson, & Reardon, 1991) dan baru-baru ini direvisi
(Peterson, Sampson, & Reardon, 2002). Aplikasi model CIP dimulai dengan
menilai kesiapan individu untuk membuat pilihan-pilihan karir yang masuk akal
serta kemampuan kognitif dan afektif untuk membuat pilihan-pilihan tersebut.
5.
Pengunaan Carrer Belief’s Inventory (Krumboltz,
1988a), untuk mengindentifikasi prasangka yang menghambat orang dalam mencapai
tujuan karirnya.
KEPUSTAKAAN
Alwisol. 2004. Psikologi Kepribadian. Edisi Revisi. Malang: UMM Press
Edwin L.Herr, dkk. 2004. Career
Guidance And Counseling Thro
ugh The Lifespan. Edisi Ke-6. Boston
: PearsonvEducations, Inc
Lee E. Isaacson. 1986.Career
Information In Counseling And Career Development. Edisi Ke-4. Boston: Allyn and
Bacon, Inc
Samuel H. Osipow. 1983. Theories Of Career
Development. Edisi ke-3. New Jersey: Prentice Hall, Inc.