BUKU AJAR
BIMBINGAN DAN KONSELING
ANAK BERKEBUTUHAN KHUSUS
KATA PENGANTAR
Puji syukur dipanjatkan kepada Allah, SWT, yang telah
melimpahkann rahmat dan hidayah-Nya, sehingga buku ajar yang berjudul
“Bimbingan dan Konseling Anak Berkebutuhan Khusus” ini dapat
terselesaikan. Ada dua pertimbangan mendasar berkaitan dengan penulisan
buku ajar ini adalah (1) berkurangnya bobot SKS mata kuliah Bimbingan
dan Konseling Anak Berkebutuhan Khusus dari 4 SKS menjadi 2 SKS
mendorong pengampu mata kuliah untuk membuat bacaan yang dapat dikaji
di luar proses perkuliahan, (2) sifat mata kuliah teori dan praktik (1 SKS
teori dan 1 SKS praktik) menjadikan buku ajar ini sebagai bahan pegangan
untuk melaksanakan praktik bimbingan dan konseling di sekolah.
Buku ini merupakan pegangan wajib bagi para mahasiswa Jurusan
Pendidikan Luar Biasa dalam menempuh mata kuliah Bimbingan dan
Konseling Anak Berkebutuhan Khusus disamping buku lain sebagai rujukan
untuk memperkaya kajian mata kuliah Bimbingan dan Konseling Anak
Berkebutuhan Khusus. Sebagai buku pegangan kuliah harapannya
mahasiswa dapat mengembangkan berbagai kajian yang ada di buku ini
dengan membanding dengan berbagai buku kajian sejenis.
Dalam penulisan buku ini, penulis mendapatkan bantuan dari
berbagai pihak, khususnya Bapak Suhaeri HN, untuk itu diucapkan terima
atas bantuannya semoga mendapat balasan yang setimpal dari-Nya.
Akhirnya semoga kehadiran buku ini dapat memberikan manfaat bagi para
mahasiswa dan pembaca lainnya.
Penulis
BAB I
HAKIKAT BIMBINGAN KONSELING ANAK BERKEBUTUHAN
KHUSUS
TUJUAN
Setelah membaca bab I ini diharapkan kalian dapat menjelaskan :
1. latar belakang diperlukannya bimbingan dan konseling bagi anak
berkebutuhan khusus;
2. pengertian bimbingan;
3. pengertian konseling;
4. klasifikasi bimbingan dan konseling;
5. kedudukan bimbingan dan konseling sebagai sub sistem dalam sistem
pendidikan;
6. tujuan, fungsi, azas, dan prinsip-prinsip bimbingan konseling.
KONSEP KUNCI
1. Bimbingan dan konseling diperlukan bagi anak berkebutuhan khusus
dapat dilihat dari sudut makna dan fungsi pendidikan, latar belakang
psikologis dan latar belakang sosio-kultural.
2. Bimbingan dan konseling adalah proses pemberian bantuan kepada
individu agar individu tersebut dapat memahami dirinya, mengarahkan
dan merealisasi diri, sehingga dapat mencapai kebahagiaan hidupnya.
3. Bimbingan dan konseling dapat diklasifikasikan dari berbagai sudut
pandang di antaranya sudut pandang sifat, objek atau sasaran, tempat,
dan problem.
4. Bimbingan dan konseling merupakan subsistem dari sistem pendidikan
di sekolah yang bersama-sama dengan subsistem lain berusaha mencapai
tujuan pendidikan. ix
5. Bimbingan konseling mempunyai fungsi (a) pencegahan: (b)
penyaluran; (c) penyesuaian; (d) perbaikan; dan (e) pengembangan.
1.1. LATAR BELAKANG BIMBINGAN DAN KONSELING ABK
Salah satu tugas pokok sekolah (Sekolah Luar Biasa) adalah
membantu siswa untuk mencapai perkembangan yang optimal sesuai dengan
tingkat dan jenis anak berkebutuhan khusus. Seorang siswa dikatakan
berhasil mencapai perkembangan yang optimal apabila ia dapat
menggunakan sisa kemampuannya secara optimal sesuai dengan derajad
ketunaannya.
Namun kenyataan menunjukkan masih banyak kesenjangan dalam
mengantarkan anak untuk mencapai perkembangan tersebut. Kesenjangan
tersebut antara lain masih banyaknya anak berkebutuhan khusus yang belum
mampu melakukan aktivitas sehari-hari, padahal waktu di sekolah ia mampu;
kemandirian anak tunanetra yang kurang, karena dalam dirinya masih ada
rasa khawatir; prestasi anak yang belum sesuai dengan potensinya; bakat
anak yang belum mendapatkan tempat yang sesuai (berkembang secara
optimal).
Ketidakberhasilan tersebut tidak semuanya semata-mata karena
ketunaan yang disandang siswa, tetapi ada juga karena ketidakmampuan
pelaksana pendidikan untuk memfasilitasi secara individu sehingga dapat
mengetahui berbagai hambatan-hambatan yang mereka hadapi. Untuk itu
mereka perlu diupayakan dan dibantu untuk mengatasi berbagai hambatan
tersebut. Salah satunya adalah diberikan bimbingan dan konseling.
Bimbingan dan konseling diperlukan bagi anak berkebutuhan khusus dapat
ditinjau dari latar belakang pendidikan, latar belakang psikologis dan latar
belakang sosiologis. Berikut ini akan dibahas ketiga latar belakang tersebut.
x
1.1.1 Latar Belakang Makna dan Fungsi Pendidikan.
Kebutuhan layanan bimbingan dan konseling dalam proses
pendidikan berkaitan erat dengan makna dan fungsi pendidikan. Perlunya
layanan bimbingan dan konseling dalam proses pendidikan bila kita
memandang bahwa pcndidikan merupakan upaya untuk mencapai
perwujudan manusia sebagai totalitas kepribadian. Kualitas manusia yang
dihasilkan melalui pendidikan, merupakan andalan bagi tercapainya tujuan
pembangunan nasional. Kualitas yang dimaksud adalah suatu pribadi yang
paripurna, yaitu pribadi yang serasi, selaras dan seimbang dalam aspek-aspck
spiritual, moral, sosial, intelektual, fisik dan sebagainya. Dengan demikian
tujuan pendidikan tidak lain adalah perkembangan kepribadian secara
optimal dari setiap subyek didik.
Ukuran tentang perkembangan kepribadian yang optimal merupakan
ukuran yang relatif, apalagi bila dilihat dari subyek didik sebagai individu
yang mengalami ketunaan. Ukuran perkembangan yang optimal tersebut
bergerak dari "kemampuan untuk mengurus diri sendiri (activity in daily
leaving) sampai betul-betul mampu menunjukkan ciri-ciri pribadi sesuai
dengan aktualisasi dirinya.
Bagi anak yang mengalami gangguan mental, ukuran optimal lebih
pada kemampuan mengurus diri sendiri, bagi yang mengalami kelainan fisik
kemungkinan sekali ukuran optimal dapat mendekati ciri-ciri kepribadian
sesuai dengan apa yang menjadi tuntutan diri dan lingkunggannya,
sedangkan bagi anak gifted kemungkinan besar ciri-ciri pribadi yang optimal
tersebut dapat tercapai.
Untuk mencapai pribadi yang berkembang secara menyeluruh,
kegiatan pendidikan hendaknya bersifat menyeluruh juga, yaitu tidak hanya
kegiatan-kegiatan intruksional dan kegiatan-kegiatan administrasi, tetapi
meliputi kegiatan yang menjamin bahwa setiap anak didik secara pribadi xi
mendapat layanan, sehingga perkembangan yang optimal dapat terwujud.
Layanan pribadi tersebut dapat dipenuhi melalui bimbingan dan konseling.
Dalam hal ini bimbingan mempunyai peranan yang sangat penting,
dalam pendidikan, yaitu membantu setiap pribadi anak didik agar
berkembang secara optimal. Dengan demikian maka hasil pendidikan tidak
lain adalah tercermin dalam penampilan yang memadai dan ditunjang oleh
penguasaan keterampilan-keterampilan. Keterampilan tersebut antara lain
adalah keterampilan intelektual dan keterampilan sosial (Muh. Surya, 1988:
hal 4) dan keterampilan sensomotorik.
Keterampilan sensomotorik, adalah penguasaan sejumlah
keterampilan untuk mengembangkan syaraf dan otot sensomotoriknya
sehingga individu mampu melakukan aktivitas dasarnya sebagai individu
yang akhirnya mampu melakukan aktivitas kehidupan sehari-hari.
Keterampilan intelektual adalah penguasaan sejumlah kaidah-kaidah
keilmuan yang menunjang pelaksanaan kchidupan sehari-hari.
Lain halnya dengan keterampilan sosial, yaitu perangkat perilaku
tertentu yang merupakan dasar bagi tercapainya interaksi sosial secara
efektif. Oleh Muh. Surya (1988 hal 4-5) keterampilan sosial ini dibedakan
menjadi tiga, yaitu (1) keterampilan memahami dan mengelola diri sendiri;
(2) keterampilan interaktif; dan (3) keterampilan memecahkan masalah-
masalah kehidupan.
Keterampilan memahami dan mengelola diri sendiri, yaitu
keterampilan bagaimana mengenal berbagai aspek diri sendiri dan
pemanfaatannya dalam memecahkan masalah. Keterampilan ini bagi anak
yang mengalami ketunaan fisik (tuna netra, tuna rungu, tuna daksa)
kemungkinan besar mampu menguasainya, namun bagi mereka yang tuna
laras dan tuna mental mungkin mengalami hambatan. Keterampilan ini xii
meliputi peni-laian diri sendiri, menemukan kekuatan dan kelemahan diri
sendiri, memahami motif sendiri, tujuan pribadi.
Keterampilan interaktif, yaitu berbagai keterampilan yang menunjang
efektifitas interaksi dengan orang lain. Misalnya: keterampilan ekspresi diri,
berbicara dengan efektif, memahami pengaruh diri sendiri terhadap orang
lain, menafsirkan motif orang lain, mendengarkan, memahami orang lain,
dan sebagainya. keterampilan-keterampilan ini ternyata kurang dimiliki oleh
anak berkebutuhan khusus.
Keterampilan memecahkan masalah kehidupan, yaitu keterampilan-
keterampilan yang berhubungan langsung dengan masalah kehidupan.
Misalnya: pengaturan waktu, pengaturan uang, pengelolaan diri sendiri,
pengelolaan rumah tangga dan sebagainya.
Selain keterampilan-keterampilan tersebut di atas, masih ada satu
keterampilan, yaitu keterampilan spiritual yaitu keterampilan untuk
memahami dan menghayati serta pengalaman-pengalaman kaidah-kaidah
spiritual sesuai dengan agama dan kepercayaan yang dianut dalam berbagai
aspek kehidupan.
Bila kita memperhatikan dunia pendidikan kita (Indonesia) pada
umumnya masih terlalu condong berorientasi ke intstruksional saja, sehingga
usaha untuk membantu anak didik mencapai perkembangan kepribadian
yang optimal belum sepenuhnya terpenuhi. Hal ini tampak pada berbagai
gejala, misalnya belum terkuasainya activity in daily leaving, rnaladjusment,
cemas, putus asa, kesulitan berinteraksi dengan orang lain, dan sebagainya.
Dalam kondisi semacam ini layanan bimbingan dirasakan amat diperlukan
dalam membantu pencapaian tujuan pendidikan. Layanan bimbingan
memberikan sentuhan aspek pribadi anak didik sehingga dapat membantu
dalam memperoleh berbagai keterampilan untuk mewujudkan perkembangan
pribadi yang optimal. xiii
Proses pendidikan dapat terjadi secara formal dan informal.
Pendidikan formal terjadi di sekolah atau lembaga pendidikan lain,
sedangkan pendidikan informal adalah pendidikan yang terjadi dalam
lingkungan keluarga atau lingkungan yang sifatnya informal (misal: asrama).
Dalam kegiatan pendidikan formal sekurang-kurangnya meliputi tiga
lingkup, yaitu (1) bidang instruksional dan kurikuler; (2) bidang
administrasi; bidang pembinaan kesiswaan (Mortensen, dan Schmuller,
1976; Muh. Surya, 1988: 6). Bagi sekolah luar biasa, selain ketiga bidang
tersebut masih ada dua hidang lagi yaitu bidang kegiatan ko-kurikuler yang
berisi berbagai kegiatan terapi yang menunjang keberhasilan kegiatan
kurikuler; dan bidang validasi dan rehabilitasi yang berorientasi pada
penguasaan keterampilan kerja.
Kegiatan pendidikan yang baik harus mencakup kelima bidang
tersebut. Pendidikan yang hanya menekankan pada beberapa bidang misal
instruksional, administrasi, kokurikuler saja, mungkin hanya menghasilkan
individu yang cakap dan bercita-cita tinggi, tetapi tidak mampu memahami
dirinya. untuk itulah diperlukan program yang rnembantu individu untuk
memahami diri, yaitu layanan bimbingan.
Untuk memberikan layanan bimbingan dalam rangka pelaksanaan
pembinaan siswa diperlukan petugas khusus yang memiliki keahlian khusus
pula. Kebutuhan ini sangat terasa bila diperhatikan faktor-fakor berikut,
antara lain :
(a) Ada beberapa masalah dalam pendidikan dan pengajaran yang tidak
mungkin dapat diselesaikan oleh guru. Misalnya pengumpulan data
tentang siswa, pemberian konseling, penyelesaian masalah pribadi,
masalah sosial dan sebagainya. Pada umumnya guru lebih banyak
dalam kegiatan belajar-mengajar. xiv
(b) Pekerjaan menyelesaikan masalah pribadi memerlukan keahlian
khusus, sehingga penanganan ini akan sulit bagi guru. Keahlian
tersebut diperoleh melalui pendidikan tertentu.
(c) Dalam situasi tertentu sering tirnbul konflik antara siswa dan siswa,
guru dan siswa, guru dan guru, sehingga diperlukan pihak ketiga
sebagai penengah. Pihak ketiga tersebut berfungsi sebagai perantara
sekaligus penyelesai konflik.
(d) Anak berkebutuhan khusus mempunyai kekhususan dalam hal
ketunaannya. Untuk itu diperlukan pemahaman yang lengkap dan
terorganisasi secara rapi. Agar pengorganisasiannya dapat baik,
diperlukan petugas khusus.
e) Dalam situasi tertentu diperlukan tempat penyelesaian masalah siswa
yang tidak mungkin diselesaikan oleh guru. Dalam hal ini diperlukan
wadah yang mampu menampung permasalahan yaitu bimbingan.
Dengan memperhatikan kelima hal tersebut di atas akan nampak
bahwa layanan bimbingan sangat diperlukan dalam keseluruhan program
pendidikan, sehingga tujuan pendidikan untuk mencapai perkerbangan
pribadi yang optimal dapat teralisasi.
1.1.2. Latar Belakang Psikologi
Dalam proses pendidikan, siswa sebagai subyek didik, merupakan
pribadi-pribadi yang unik dengan segala karakteristiknya. Siswa sebagai
individu dinamis yang berada dalam proses perkembangan mempunyai
kebutuhan dan dinamika dalam berin-teraksi dengan lingkungan. Keadaan
ini lebih bervariasi lagi bagi anak berkebutuhan khusus. Anak berkebutuhan
khusus sebagai subyek didik merupakan pribadi-pribadi yang lebih unik baik
antar pribadi maupun antar ketunaannya. Karakteristik masing-masing anak
dari tinjauan kacacatannya merupakan sumber perbedaan individu yang xv
sangat besar, sehingga senantiasa memerlukan layanan yang berbeda dari
masing-masing anak.
Minimal ada 10 macam keturunan yang kemungkinan dialami
individu, yaitu learning disabled, speech impaired, mentally retarded,
emotionally disturbed, other health impaired, multi handicapped, hard of
hearing and deaf, orthopedically impaired, visually handicapped, deaf-blind
(Hallahan dan Kaufman, 1988: 20). Masing-masing; ketunaan tersebut
memerlukan layanan khusus sesuai dengan variasi perbedaannya. Selain itu
masing-masing individu dalam kelompok ketunaan mempunyai perbedaan
yang bervariasi juga.
Hal tersebut di atas merupakan tinjauan aspek psikologis dalam
pendidikan yang bersumber pada diri siswa sebagai subyek didik yang dapat
menimbulkan masalah. Timbulnya masalah psikologis tersebut menuntut
adanya upaya untuk memecahkan permasalahan melalui pendekatan
psikologis pula. Upaya ini dapat dilakukan melalui layanan bimbingan dan
konseling.
Selanjutnya akan diuraikan mengenai masalah-masalah psikologis
yang melatarbelakangi perlunya bimbingan konseling bagi anak
berkebutuhan khusus.
1.1.2.1. Masalah Perkembangan Individu
Sejak individu terbentuk sebagai organisme yaitu saat konsepsi
individu terus timbul dan berkembang. Proses ini berlangsung terus menerus
sampai individu mengakhiri hayatnya. Proses pertumbuhan dan
perkembangan berlangsung menurut hukum irama dan tempo perkembangan.
Pada saat-saat awal terjadi pertumbuhan dan perkembangan yang cepat,
terutama pada masa bayi, masa kanak-kanak, masa sekolah dan masa remaja. xvi
Tujuan dari proses pertumbuhan dan perkembangan ini adalah mencapai
kedewasaan yang sempurna.
Proses perkembangan individu dipengaruhi oleh berbagai faktor baik
yang berasal dari dalam maupun yang berasal dari luar atau lingkungan.
Faktor dari dalam diri individu, perkembangan dipengaruhi oleh pembawaan
(potensi) dan kematangan, sedangkan dari luar perkembangan individu
dipengaruhi oleh faktor lingkungan fisik, lingkungan sosial, dan nutrisi.
Perkembangan dapat berhasil baik bila faktor-faktor tersebut saling mengisi
dan saling melengkapi. Untuk itu diperlukan usaha yang berupa asuhan yang
terarah. Asuhan dalam perkembangan melalui proses belajar disebut
pendidikan.
Pendidikan sebagai salah satu bentuk lingkungan bertanggung jawab
memberikan asuhan terhadap jalannya proses perkembangan individu.
Bimbingan yang merupakan salah satu bagian pendidikan merupakan
bantuan individu untuk memperoleh penyesuaian diri sesuai dengan tingkat
perkembangan.
Dalam hubungannya dengan tingkat perkernbangan, individu
mempunyai seperangkat tugas perkembangan (development task) yaitu
pcnguasaan seperangkat pengetahuan, ketrampilan yang harus dikuasai
individu pada satu periode perkemhangan tertentu sebagai dasar untuk
memasuki periode perkernbangan berikutnya. Penguasaan tugas-tugas
perkembangan pada periode sebelumnya berpengaruh terhadap penguasaan
tugas-tugas perkembangan berikutnya. Melalui bimbingan, individu dibantu
untuk mencapai penguasaan tugas-tugas perkembangan pada periode
perkembangan yang dilaluinya sehingga mereka memperoech penyesuaian
pada setiap periode perkembangan yang akhirnya akan memperoleh
penyesuaian yang optimal xvii
Dilihat dari proses perkembangan ini, anak berkebutuhan khusus mengalami
banyak kendala. Ada sebagian anak berkebutuhan khusus yang mengalami
gangguan faktor keturunan dan keadaan organ yang tidak berkembang baik
saat dalam kandungan, misalnya volume otak, tulang, susunan syaraf. Tidak
berkembang ..