TANGGUNG JAWAB MANUSIA SEBAGAI HAMBA ALLAH
Sebagai
seorang khalifah, apa yang dilakukan tidak boleh hanya untuk kepentingan diri
pribadi dan tidak hanya bertanggung jawab pada diri sendiri saja. Oleh karena
itu, semua yang dilakukan harus untuk kebersamaan sesama umat manusia dan hamba
Allah, serta pertanggung jawabannya pada tiga instansi, yaitu :
1.
Pertanggung jawaban pada diri sendiri
2.
Pertanggung jawaban pada masyarakat.
3.
Pertanggung jawaban pada Allah.
Tanggung Jawab Manusia Sebagai Hamba Allah
Makna yang esensial dari kata ‘abd (hamba) adalah ketaatan,
ketundukan, dan kepatuhan. Ketaatan, ketundukan dan kepatuhan hanya layak
diberikan kepada Allah, yang dicerminkan dalam ketaatan, kepatuhan, dan
ketundukan pada kebenaran dan keadilan.
Artinya “Padahal mereka tidak disuruh, kecuali supaya menyembah Allah dengan memurnikan ketaatan kepada-Nya, dalam (menjalankan) agama yang lurus, dan supaya mereka mendirikan shalat dan menunaikan zakat; dan yang demikian itulah agama yang lurus.” – (QS.98:5)
Tanggung
jawab abdullah terhadap dirinya adalah memelihara iman yang
dimiliki dan bersifat fluktuatif (naik-turun), yang dalam istilah hadist Nabi
SAW dikatakan yazidu wayanqushu (terkadang bertambah atau
menguat dan terkadang berkurang atau melemah).
Seorang
hamba Allah juga mempunyai tanggung jawab terhadap keluarga. Tanggung jawab
terhadap keluarga merupakan lanjutan dari tanggung jawab terhadap diri sendiri,
karena memelihara diri sendiri berkaitan dengan perintah memelihara iman
keluarga. Oleh karena itu, dalam al-qur’an dinyatakan dengan quu
anfusakum waahlikum naaran (jagalah dirimu dan keluargamu dengan iman,
dari neraka).
Tanggungjawab Manusia Sebagai Khalifah Allah
Sebagai
makhluk Allah, manusia mendapat amanat yang harus dipertanggung jawabkan
dihadapan-Nya. Tugas hidup yang dipikul manusia dimuka bumi adalah tugas
kekhalifahan, yaitu tugas kepemimpinan; wakil Allah di muka bumi untuk
mengelola dan memelihara alam.
Khalifah
berarti wakil atau pengganti yang memegang kekuasaan. Manusia menjadi khalifah,
berarti manusia memperoleh mandat Tuhan untuk mewujudkan kemakmuran di
muka bumi. Kekuasaan yang diberikan kepada manusia bersifat kreatif, yang
memungkinkan dirinya mengolah dan mendayagunakan apa yang ada di muka bumi
untuk kepentingan hidupnya sesuai dengan ketentuan yang ditetapkan
oleh Allah.
Kekuasaan
manusia sebagai khalifah Allah dibatasi oleh ketentuan-ketentuan yang
telah digariskan oleh yang diwakilinya, yaitu hukum-hukum Allah baik yang
tertulis dalam kitab suci (al-qaul), maupun yang tersirat dalam kandungan pada
setiap gejala alam semesta (al-kaun).
Seorang
wakil yang melanggar batas ketentuan yang diwakili adalah wakil yang
mengingkari kedudukan dan peranannya serta mengkhianati kepercayaan yang diwakilinya. Oleh karena itu, dia diminta
pertanggungjawaban terhadap penggunaan kewenangannya dihadapan
yang diwakilinya, sebagaimana firman Allah dalam surat fathir : 39.
خَسَارًۭا إِلَّا كُفْرُهُمْ ٱلْكَٰفِرِينَ يَزِيدُ وَلَا
Artinya
: “Dia-lah yang menjadikan kamu khalifah-khalifah di muka bumi. Barangsiapa
yang kafir, maka (akibat) kekafirannya menimpa dirinya sendiri. Dan kekafiran
orang-orang yang kafir itu tidak lain hanyalah akan menambah kemurkaan pada
sisi Tuhannya dan kekafiran orang-orang yang kafir itu tidak lain hanyalah akan
menambah kerugian mereka belaka”.
Ketika
memerankan fungsinya sebagai khalifah Allah di muka bumi, ada dua peranan
penting yang diamanahkan dan dilaksanakan manusia sampai hari kiamat.
Pertama, memakmurkan bumi (al
‘imarah).Yakni
dengan mengexploitasi alam dengan sebaik-baiknya dengan adil dan merata dengan
tetap menjaga kekayaan agar tidak punah, supaya generasi berikutnya dapat
melanjutkan exploitasi itu.
Kedua, memelihara bumi
dari upaya-upaya perusakan yang datang dari pihak manapun (ar ri’ayah). Melihara
bumi dalam arti luas termasuk juga memelihara akidah dan akhlak manusianya
sebagai SDM (sumber daya manusia). Memelihara dari kebiasaan jahiliyah, yaitu
merusak dan menghancurkan alam demi kepentingan sesaat. Karena sumber daya
manusia yang rusak akan sangat potensial merusak alam. Oleh karena itu, hal
semacam itu perlu dihindari.
Dua
peran yang dipegang manusia dimuka bumi, sebagai khalifah dan‘abdun merupakan
keterpaduan tugas dan tanggung jawab yang melahirkan dinamika hidup yang sarat
dengan kreatifitas dan amaliyah yang selalu berpihak pada
nilai-nilai kebenaran.
Dua
sisi tugas dan tanggungjawab ini tertata dalam diri setiap muslim sedemikian
rupa. Apabila terjadi ketidakseimbangan, maka akan lahir sifat-sifat
tertentu yang menyebabkan derajat manusia meluncur jatuh ketingkat yang paling
rendah, seperti firman Allah
Sesungguhnya Kami telah menciptakan manusia, dalam bentuk yang sebaik-baiknya.” – (QS.95:4)
Wassalam, semoga bermanfaat.